Badan Pangan Nasional (Bapanas) melaporkan saat ini harga beras telah mulai menunjukkan tren penurunan. Pemerintah juga telah mulai menyalurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) melalui Perum Bulog untuk periode Juli hingga Desember 2025.
Kepala Bapanas/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, saat ini pihaknya sudah mulai melihat bahwa harga beras telah berangsur turun. Hal ini seiring dengan mulai disalurkannya SPHP.
"Hasil terbarunya, nanti tolong bantu cross-check, saya sudah melihat ada penurunan harga beras," kata Arief, ditemui usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR RI di Senayan, Jakarta, Kamis (17/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan panel harga pangan Bapanas per hari ini, rata-rata harga beras premium ada pada angka Rp 16.051 per kg, turun Rp 28 atau 0,17%. Sementara untuk beras medium rata-rata harganya ada pada Rp 14.282 per kg, turun Rp 75 atau 0,52%.
Namun demikian, saat ini keduanya masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). HET beras premium sendiri sebesar Rp 14.900, sedangkan HET beras medium sebesar Rp 12.500 per kg.
Arief mengatakan, salah satu penyebab dari kenaikan harga beras ialah karena harga gabah juga sudah mulai tinggi. Para pengusaha penggilingan beradu untuk membeli gabah dengan harga tinggi.
Padahal, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) telah ditentukan pemerintah sebesar Rp 6.500 per kg. Oleh karena itu, Arief mengimbau kepada para penggiling mempertimbangkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras konsumen saat membeli gabah.
"Nah teman-teman penggiling padi juga harus melihat bahwa di ujung itu ada 280 juta konsumen yang harganya itu dibatasi HET Rp 14.900. Jadi tolong dalam membeli gabah juga melihat, mempertimbangkan, sampai di batas mana supaya HET itu tidak terlampaui," imbaunya.
Kenaikan harga gabah ini menjadi sinyal untuk pemerintah mulai melakukan intervensi melalui penyaluran SPHP dengan menggunakan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Secara keseluruhan, saat ini ada sebanyak stok CBP ada sebanyak 4,2 juta. Padahal bila melihat kondisi stok ini, menurut Arief seharusnya harga beras di tingkat konsumen tak mengalami kenaikan.
"Kalau produksi Januari sampai dengan proyeksi sebulan Agustus, beras itu versus last year itu selisihnya 3 juta ton, kemudian tahun ini kalau dibandingkan 2023 dan 2022 produksinya naik 1,2 juta ton, harusnya harga berasnya itu tidak naik signifikan," ujar Arief.
Tonton juga video "Mensos Tanggapi soal ODGJ Dapat Bansos Seumur Hidup" di sini:
(shc/rrd)