Badan Pangan Nasional (Bapanas) meminta para pengusaha pemilik merek beras yang terseret kasus dugaan pelanggaran mutu, kualitas, hingga mengoplos beras, untuk segera melakukan penanganan mandiri atau self-correction.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, ia telah bertemu dengan sejumlah CEO dari perusahaan-perusahaan pemilik merek beras dan membahas persoalan kasus tersebut. Ia memberi peringatan, kasus serupa terjadi di kemudian hari.
"Beberapa CEO ini ketemu saya kemarin, hari ini juga saya ada komunikasi. Saya minta mereka menertibkan, jadi self-correction semua. Jangan sampai nanti ke depan masalahnya sama, masa orang-orang udah ke bulan, kita masih bicarakan masalah premium-medium," kata Arief, ditemui usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR RI di Senayan, Jakarta, Kamis (17/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief juga mengimbau agar perusahaan-perusahaan melakukan pengecekan dan kontrol kualitas terhadap masing-masing produk. Lalu apabila diperlukan, para pengusaha juga bisa melakukan pengecekan di laboratorium dengan lembaga independen untuk membuktikan kualitas produknya.
"Nggak sulit kan brand-nya di independent surveyor cek, dan nanti cek lab-nya kita sampaikan aja ke Satgas Pangan juga, sebagai balancing apabila informasinya dirasakan tidak pas. Tapi ini momentum untuk bebenah," ujarnya.
Sedangkan menyangkut produk-produk yang masih beredar di pasaran, Arief juga meminta agar para perusahaan untuk melakukan penanganan mandiri, misalnya dengan menurunkan harga beras di pasaran untuk beras-beras yang secara kualitas tidak sesuai.
Arief pun mencontohkan, untuk beras yang dijajakan sebagai ebras premium dengan kadar beras pecah atau broken yang seharusnya hanya 15%, namun ternyata kadarnya 30%, harga beras itu bisa disesuaikan dengan kondisi sebenarnya, mengikuti harga beras kadar 30%.
"Itu konsekuensinya, turunkan aja harganya. Kalau nggak sesuai ya," ujar Arief.
Baca juga: Ada 212 Merek Beras Diduga Dioplos |
"Turunkan aja harganya seperti broken 30%, jadi nggak nipu. Tapi harusnya kalau kita punya packaging, packaging itu kan ada brand-nya kan, nanti brand-nya yang hancur, kalau nggak sesuai," sambungnya.
Arief juga sangat menyayangkan atas banyaknya merek yang melanggar mutu dan mengoplos beras. Sebab sebagai sebuah merek besar, jelas harus teregistrasi dan terikat aturan labeling yang mewajibkan apa yang tertera di kemasan sesuai dengan isi produknya.
Bapanas hingga saat ini masih terus melakukan riviu atas kasus dugaan pelanggaran mutu, kualitas, hingga mengoplos beras. Pihaknya bersama kementerian/lembaga (KL) terkait hingga saat ini juga masih terus bersinergi untuk menyelesaikan persoalan ini.
Sebagai informasi, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkap awal mula menemukan 212 merek melakukan pelanggaran mutu, kualitas hingga mengoplos beras. Awalnya, dia melihat anomali terhadap kenaikan harga beras di tingkat konsumen.
Hal itu ditemukan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada satu dan dua bulan lalu. Saat itu terjadi penurunan harga gabah petani dan beras di penggilingan, namun harga beras di konsumen naik.
"Satu bulan lalu itu terjadi penurunan harga di tingkat petani atau penggilingan, tetapi terjadi kenaikan di tingkat konsumen. Ini terjadi anomali," kata Amran dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (16/7/2025).
Sementara, Indonesia mengalami kenaikan produksi dengan cadangan beras yang tinggi dengan surplus 3 juta ton. Dengan anomali tersebut, Kementan mengecek 268 merek beras yang beredar di pasaran melalui 13 laboratorium berbeda.
Kemudian, ditemukanlah 212 merek terindikasi melanggar aturan baik tidak sesuai standar, dioplos, dan beras medium dijual seharga premium. Bahkan, ada yang menjual tidak sesuai takaran, contohnya kemasan 5 kilogram (kg), isinya 4,5 kg.
Kementan juga menghitung kerugian masyarakat akibat pelanggaran yang dilakukan produsen. Amran mengatakan kerugian masyarakat dihitung dari pembelian beras, misalnya harganya premium, tetapi isinya beras kualitas medium.
"Kalau beras biasa harganya Rp 12.000-13.000, terus dijual Rp 15.000, merugi nggak konsumen? Ya sudah, kali Rp 3.000-4.000 per total, itu data kita kali nilainya yang ditemukan, potensi kerugian Rp 99 triliun," jelas Amran.
Tonton juga video "Bapanas Puji Chef Expo 2025 yang Mengangkat Menu Lokal Indonesia" di sini:
(shc/rrd)