Indonesia Terjaga
Di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, sektor jasa keuangan di Indonesia tetap menunjukkan ketahanan yang kuat. Hal ini terlihat dari kondisi permodalan dan likuiditas yang tetap sehat, serta fungsi intermediasi keuangan yang berjalan dengan baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Industri perbankan, pasar modal, dan asuransi juga terus mencatatkan kinerja yang positif, menandakan bahwa sektor ini masih berada dalam level yang stabil dan terkendali. Capaian ini tidak terlepas dari efektivitas langkah pengawasan dan kebijakan yang telah dijalankan oleh OJK, serta kerja sama yang erat dengan pihak-pihak terkait seperti Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan.
Kita melihat pasar modal mengalami tekanan seperti juga pasar modal negara lain seperti China dan Eropa. Per akhir Juni 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada pada level 6.927,68, mencatatkan penurunan 2,15% sejak awal tahun (ytd).
Penurunan ini merupakan dampak dari tekanan di pasar saham akibat ketidakpastian global dan juga dinamika kondisi dalam negeri yang memengaruhi sentimen investor. Kapitalisasi pasar juga mengalami penurunan akibat dari penyesuaian investor asing.
Ini dialami juga oleh pasar saham di luar negeri. Secara keseluruhan, meskipun pasar saham mengalami koreksi, dinamika sektoral menunjukkan adanya peluang dan potensi sektor tertentu yang menarik bagi investor yang selektif.
Stabilitas dan ketahanan sektor perbankan Indonesia masih tetap terjaga dengan baik. Permodalan perbankan dinilai kuat, tercermin dari rasio Kecukupan Modal (KPMM) sebesar 25,51% yang berada di atas tingkat memadai untuk menghadapi berbagai risiko.
Selain itu, kondisi likuiditas perbankan cukup aman dengan rasio asset lancar terhadap simpanan diatas 28%. Sudah dapat diduga, pertumbuhan kredit mengalami perlambatan sebagai imbas ketidakpastian perdagangan global.
Pada Juni 2025, kredit perbankan tumbuh sebesar 8,43% atau lebih rendah dibanding bulan Mei 2025. Perlambatan ini terutama terjadi di sektor industri pengolahan serta perdagangan besar dan eceran.
Terdapat kenaikan sedikit rasio kredit bermasalah (NPL) dimana NPL gross naik menjadi 2,29%, dan NPL net 0,85%. Dana Pihak Ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan 4,92% yoy, menandakan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi.
Secara keseluruhan, meski menghadapi beberapa tekanan, sektor perbankan tetap menunjukkan fondasi yang kokoh dalam menjaga stabilitas dan mendukung perekonomian nasional. OJK dan industri keuangan tetap harus proaktif menjaga kewaspadaan terhadap berbagai risiko global yang bisa berdampak ke dalam negeri.
Oleh karena itu, upaya mitigasi risiko terus diperkuat, termasuk dengan memantau potensi tekanan dari luar, menjaga ketahanan lembaga keuangan, dan mendorong transformasi digital serta inovasi agar sektor keuangan semakin efisien dan adaptif.
Kita harus mengapresiasi sektor jasa keuangan Indonesia yang tetap stabil dan mampu menjalankan perannya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Mari bersama sama mendukung secara penuh langkah langkah OJK dalam menjaga sektor keuangan dan kepercayaan masyarakat untuk mendorong stabilitas, integritas, dan keberlanjutan Sektor Jasa Keuangan (SJK) Indonesia. Ini penting mengingat 'sepak terjang' presiden Trump belum berhenti yang dibuktikan dengan ancaman tarif baru ke Meksiko dan Kanada.
Abdul Mongid
Gurubesar Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Negeri Surabaya
Ekonom Senior Segara Economic Research Institute
Simak juga Video: Sri Mulyani soal Inflasi RI Rendah: Tak Terkait dengan Daya Beli
(ang/ang)