Dampak ke Ekonomi RI Jika Perang Thailand Vs Kamboja Berlarut-larut

Dampak ke Ekonomi RI Jika Perang Thailand Vs Kamboja Berlarut-larut

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 24 Jul 2025 20:44 WIB
Kendaraan peluncur roket Kamboja dikerahkan dalam pertempuran melawan Thailand, pada Kamis (24/07). (AFP VIA GETTY IMAGES)
Thailand-Kamboja Memanas, Asap Tebal Selimuti Toko Swalayan di Sisaket, Thailand.Foto: TPBS/Handout via REUTERS
Jakarta -

Perang antara Thailand dan Kamboja pecah di perbatasan kedua negara. Perang terjadi di wilayah yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud, di mana perbatasan Thailand, Kamboja dan Laos bertemu, dan menjadi lokasi beberapa kuil kuno.

Sebagian besar korban tewas dilaporkan merupakan warga sipil, dengan hanya satu korban diidentifikasi sebagai tentara Thailand.

Sebagai tetangga, bagaimana dampak ke ekonomi Indonesia jika perang kedua negara itu berlarut-larut?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira, mengatakan konflik itu akan memberikan dampak pada rantai pasok sektor otomotif dan elektronik Indonesia.

"Kalau sampai konflik ini mengganggu rantai pasok terutama barang-barang otomotif kemudian elektronik. Ini tentunya bisa memberikan tekanan juga pada pabrikan di Indonesia karena sebagian suku cadangnya didatangkan dari Thailand," terang Bhima kepada detikcom, Kamis (24/7/2025).

ADVERTISEMENT

Selain itu, jika perang berlarut-larut, maka akan menggangu stabilitas ekonomi di ASEAN, karena akan membuat investor khawatir untuk masuk ke ASEAN.

"Apalagi banyak investor memandang ASEAN termasuk di dalamnya Indonesia, Thailand, Kamboja sebagai negara yang saat ini sebenarnya banyak diuntungkan dengan adanya perang dagang. Dan situasi ini bisa berubah 180 derajat ketika wilayah ASEAN itu didera konflik," ucapnya.

Namun di sisi lain, menurut Bhima, Indonesia bisa mengambil peluang dari situasi tersebut untuk menggenjot pariwisata. Sebab, salah satu andalan penggerak roda ekonomi Thailand maupun Kamboja adalah pariwisata.

"Jadi Thailand itu tiap tahunnya kedatangan 35 juta orang wisatawan asing. Sementara Kamboja sekitar 6,2 juta wisatawan asing. Ini jadi salah satu peluang asalkan memang promosi wisata kemudian infrastruktur pendukung pariwisatanya itu terus dibenahi," terang Bhima.

(ada/hns)

Hide Ads