Perang Thailand-Kamboja: Ancaman Baru bagi Stabilitas Ekonomi ASEAN?

Perang Thailand-Kamboja: Ancaman Baru bagi Stabilitas Ekonomi ASEAN?

Ilyas Fadilah - detikFinance
Jumat, 25 Jul 2025 14:50 WIB
Smoke rises from a convenience store at a gas station, amid the clashes between Thailand and Cambodia, in Kantharalak district, Sisaket province, Thailand, July 24, 2025, in this screengrab obtained from a handout video.  TPBS/Handout via REUTERS    THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. THAILAND OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN THAILAND.
Thailand-Kamboja Memanas, Asap Tebal Selimuti Toko Swalayan di Sisaket - Foto: TPBS/Handout via REUTERS
Jakarta -

Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja pecah. Militer dari dua negara saling serang dan saling tembak, menyebabkan belasan orang dari kedua belah pihak tewas.

Lantas, bagaimana dampak konflik tersebut terhadap perekonomian di Asia Tenggara? Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, stabilitas kawasan ASEAN berpotensi terganggu jika perang tersebut meluas.

Padahal, kata Bhima, investor memandang negara-negara di kawasan ASEAN berpotensi diuntungkan dari adanya perang dagang. Namun dengan adanya perang, kondisi bisa berubah 180 derajat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan yang ketiga memang implikasinya adalah instabilitas ekonomi di tingkat ASEAN itu menjadi hal yang mengkhawatirkan. Apalagi banyak investor memandang ASEAN termasuk di dalamnya Indonesia, Thailand, Kamboja sebagai negara yang saat ini sebenarnya banyak diuntungkan dengan adanya perang dagang. Dan situasi ini bisa berubah 180 derajat ketika wilayah ASEAN itu didera konflik," katanya saat dihubungi detikcom, Jumat (25/7/2025).

ADVERTISEMENT

Gangguan produksi juga bisa terjadi. Menurut Bhima, jika konflik sampai mengganggu rantai pasok, misalnya industri otomotif dan elektronik, hal ini juga bisa memberikan tekanan kepada pabrikan di Indonesia. Pasalnya pabrikan Indonesia masih mendatangkan beberapa suku cadang dari Thailand.

"Dan kedua implikasinya tentu pada gangguan produksi ya. Kalau sampai konflik ini mengganggu rantai pasok terutama barang-barang otomotif kemudian elektronik. Ini tentunya bisa memberikan tekanan juga pada pabrikan di Indonesia karena sebagian suku cadangnya didatangkan dari Thailand," tambah Bhima.

Senada, ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menilai perang Thailand dan Kamboja berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi di kawasan ASEAN. Namun hal itu tergantung pada durasi konflik dan cakupan luasan konfliknya.

"Saya kira pasti terganggu ya, cuma besaran atau katakanlah besaran gangguannya itu tergantung seberapa luas dan seberapa lama. Kalau misalnya hanya di perbatasan, menurut saya, dan kecil, itu mungkin tidak terganggu. Tapi kalau misalnya lama dan luas wilayahnya maka stabilitas di kawasan ASEAN itu pasti sedikit terganggu lah, nggak besar ya," jelas Tauhid.

Indonesia sebagai negara besar di ASEAN jelas akan dirugikan. Apalagi neraca dagang Indonesia dengan Thailand dan Kamboja cenderung surplus.

"Ini merugikan kita sebagai katakan negara yang cukup besar di kawasan ASEAN. Apalagi kedua negara, terutama Thailand, kita relatif surplus ya dan ekspor kita kan sekitar US$ 19-20 miliar, walaupun Kamboja lebih sedikit ya, sekitar US$ 90 juta," sebut dia.

Sementara itu bagi pasar modal, investor cenderung mengambil langkah wait and see. Menurut Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta, kondisi ini cenderung dilakukan investor saat konflik terjadi.

"Terkait sentimen negatif lain, kita melihat kawasan Asia Tenggara, kita prihatin dengan terjadinya konflik militer antara Kamboja dan Thailand. Jadi ini turut mempengaruhi sikap dari pelaku pasar untuk cenderung prudent atau lebih berhati-hati," sebut Nafan.

Nafan menyebut pergerakan IHSG hari ini volatile dan bergerak dua arah. Sempat turun terlebih dahulu, IHSG balik ke zona hijau usai Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut data pengangguran dan kemiskinan di Tanah Air menurun.

Lalu, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menyebut konflik perbatasan Thailand-Kamboja sudah terjadi sudah cukup lama hingga kembali memanas. Namun konflik itu belum terlalu berdampak terhadap IHSG.

"Kami perkirakan yang saat ini terpengaruh adalah indeks dari kedua negara tersebut, dan hingga saat ini IHSG sendiri belum terdampak, kecuali bila konflik tersebut meluas," sebut Herditya.

"Berbicara mengenai outflow, dampaknya akan terasa di kedua negara tersebut dan diperkirakan asing akan inflow ke Indonesia bila konflik tersebut memanas," tambah dia.

Apabila terjadi eskalasi dari konflik tersebut, sektor otomotif diperkirakan akan terdampak. Lalu emiten yang berkaitan dengan emas juga akan menguat.

Tonton juga video "Thailand Tolak Mediasi soal Konflik dengan Kamboja" di sini:

(ily/kil)

Hide Ads