Batik Impor Masih Banyak di RI, Kemenperin Sampaikan Hal Ini

Batik Impor Masih Banyak di RI, Kemenperin Sampaikan Hal Ini

Ilyas Fadilah - detikFinance
Senin, 28 Jul 2025 12:43 WIB
Batik Impor China Sempat Bikin Heboh, Sekarang Masih ‘Gentayangan’ Nggak Sih?
Ilustrasi - Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom
Jakarta -

Isu batik impor atau kain bermotif batik menjadi tantangan bagi industri dalam negeri. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengakui bahwa produk batik impor banyak ditemukan di pasar domestik.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kemenperin, Alexandra Arri Cahyani mengatakan, kain bermotif batik yang diimpor dari luar negeri sebenarnya bukanlah batik. Menurutnya, perlu edukasi untuk menginformasikan ini kepada konsumen.

"Ya, banyak (batik impor di pasar domestik). Memang itu yang mau kita edukasi, kita berusaha mengedukasi ya," katanya saat ditemui di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Senin (28/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alexandra juga menjelaskan bahwa produk batik dibuat dengan cara ditulis dan dicap. Sedangkan produk impor kebanyakan hasil print dari mesin sehingga dianggap bukan produk batik.

ADVERTISEMENT

"Batik ini, ini harus membedakan ya, yang kita anggap batik itu hanya cap dan tulis. Atau modifikasi cat dan tulis. Mungkin kalo batik-batik impor kebanyakan printing, itu bukan batik," sebut dia.

"Jadi tidak bisa disamakan kalo memang cap dan batik tulis, itu kita encourage banget untuk bisa dikerjakan di lokal. Dan itu biasanya jarang ditiru," tambah dia.

Beberapa waktu lalu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut menyebut tak menutup kemungkinan China dapat memproduksi batik. Dia pun menilai kemungkinan ada impor batik yang berasal dari Negeri Tirai Bambu tersebut. Selain itu, bisa saja impor batik asal China bukanlah motif batik sungguhan.

"(China sudah bisa produksi batik, batik cetak?) Iya. (Impor batiknya datang dari China?) Bisa jadi. (Sebenarnya itu bukan batik, mungkin itu hanya kain di motif batik itu bisa jadi?) Bisa jadi," ucap dia.

Dia pun menekankan harus ada perlindungan untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Menurutnya, harus ada kebijakan yang berpihak pada industri dalam negeri, termasuk batik.

"Mesti ada perlindungan. Sama dengan industri lain, harus ada regulasi yang memang pro kepada industri dalam negeri kita termasuk TPT, termasuk batik," terangnya.

Tonton juga video "Mengenal Syalisatul, Perempuan Visioner Pendiri Rumah Batik di Wawonii" di sini:

(ily/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads