Eks Gubernur BI Sebut RI Butuh Investasi Rp 11.000 T buat Kerek Ekonomi 8%

Eks Gubernur BI Sebut RI Butuh Investasi Rp 11.000 T buat Kerek Ekonomi 8%

Retno Ayuningrum - detikFinance
Selasa, 12 Agu 2025 14:48 WIB
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) sekaligus eks Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Burhanuddin Abdullah
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) sekaligus eks Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Burhanuddin Abdullah/Foto: Retno Ayuningrum/detikcom
Jakarta -

Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) sekaligus eks Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Burhanuddin Abdullah menyebut Indonesia membutuhkan investasi hingga Rp 11.000 triliun agar mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%. Pemerintah perlu mencari sumber-sumber baru agar bisa merealisasikan jumlah investasi tersebut.

"Saya kira kita semua sepakat ini satu langkah, cita-cita yang quite ambitious sebetulnya, dan karena itu kita harus mencari sumber-sumber pertumbuhan yang bisa membawa kita ke 8% itu," kata Burhanuddin dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Selasa (12/8/2025).

Burhanuddin melanjutkan, dengan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) mencapai 6,5, pertumbuhan ekonomi 8% bisa dapat diraih dengan investasi mencapai 52% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Investasi kita untuk supaya bisa kita tumbuh 8%, 8 (persen) dikali 6,5 (nilai ICOR) dan 52% dari PDB itu. Kalau PDB kita Rp 22.000 triliun, maka kita perlu Rp 11.000 triliun," jelas dia.

ADVERTISEMENT

Sayangnya, tabungan domestik bruto (gross domestic saving) Indonesia saat ini baru mencapai 38% dari PDB. Dengan begitu, masih ada jarak atau gap yang harus diisi dengan sumber lain, seperti pinjaman maupun investasi asing.

"Sehingga ada 14% (dari 52%) yang gap-nya, yang harus diisi oleh external saving, saving-nya orang lain. Either melalui pinjaman atau melalui foreign direct investment untuk bisa memenuhi 52% tadi," imbuhnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Burhanuddin menilai ekonomi digital dapat memberikan kontribusi ICOR menjadi 4,3. Dengan penurunan ICOR ini semakin mengurangi beban investasi yang diperlukan. Setidaknya, investasi yang dibutuhkan menjadi 38% dari PDB Indonesia.

Untuk itu, dia menilai ekonomi digital menjadi penggerak perekonomian Indonesia secara bertahap. Memang untuk saat ini, lanjut Burhanuddin, belum maksimal potensi pengembangannya.

"Maka Prasasti ingin mendorong dan menyarankan kepada pemerintah untuk terus melanjutkan proses digitalisasi dari berbagai sektor perekonomian kita, sehingga efisiensi dari pertumbuhan ekonomi kita bisa semakin efisien, semakin meningkat dan kemudian kita bisa mencapai apa yang kita cita-citakan, dan kalau 8% itu bisa kita capai, maka kita bisa keluar dari middle income trap dengan lebih cepat," terang dia.

"Soalnya hitungan Bappenas kan, kalau (pertumbuhan ekonomi) 6%, kita akan keluar dari middle income trap pada tahun 2041, dan kalau bisa (pertumbuhan ekonomi) 7% on average, kita bisa keluar tahun 2038. (Kalau pertumbuhan) 8% pastinya akan lebih cepat naik, tapi ya secara bertahap ya, karena kalau on average 8% kayaknya agak berat juga," tambah Burhanuddin.

Lihat juga Video: Tok! DPR Pilih Ricky Perdana Gozali Jadi Deputi Gubernur BI

(rea/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads