Bos Visinema Buka-bukaan Industri Kreatif RI Sulit Dapat Pendanaan

Bos Visinema Buka-bukaan Industri Kreatif RI Sulit Dapat Pendanaan

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Sabtu, 23 Agu 2025 20:45 WIB
Sutradara sekaligus CEO Visinema Angga Dwimas Sasongko dalam acara Pesta Rakyat Untuk Indonesia 2025 di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Sabtu (23/8/2025).
Sutradara sekaligus CEO Visinema Angga Dwimas Sasongko/Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom
Jakarta -

Sutradara sekaligus CEO Visinema Angga Dwimas Sasongko bicara sulitnya memperoleh pendanaan dari bank untuk industri kreatif di Indonesia. Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di negara maju.

Angga mengatakan, di dunia kreatif keberadaan angka, baik itu berupa data maupun pendanaan, sering dianggap sebagai pembatas untuk berkarya. Dalam hal ini, ia mengaitkan sulitnya memperoleh pendanaan di industri kreatif.

"Di dunia kreatif kita sering dianggap banyak batasan, susah sekali untuk orang-orang kreatif, kalau teman-teman di sini yang ada di industri kreatif ada berapa? Susah sekali kan untuk dapat pendanaan dari bank? Susah sekali untuk meyakinkan orang untuk bisa berinvestasi sama kita," kata Angga dalam acara Pesta Rakyat Untuk Indonesia 2025 di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Sabtu (23/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam peta ekonomi kreatif global, Angga menjelaskan, sektor yang dijadikan pilar saat ini kebanyakan mengarah ke teknologi hingga artificial intelligence (AI). Negara maju juga membantu seniman untuk berkarya melalui fasilitas creative finance system (CFS) yang memungkinkan para seniman untuk bekerja bersama investor.

ADVERTISEMENT

Sementara di Indonesia, penanaman modal lebih banyak berfokus pada industri tambang, minyak dan gas bumi (migas), hingga pertanian. Sedangkan di industri kreatif, kepercayaan dan eksekusi menjadi mata uang utamanya.

"Ini challenge kita yang buat saya yang bisa jawab ya generasi kita sekarang, dan ini harus dijawab dengan cepat. Kita bersaing dengan industri yang udah major seperti Korea dan di Asia Tenggara ada Thailand yang sedang naik daun, tapi Indonesia karena kita punya struktur market yang sangat besar, kita punya potensi di mana kita bisa mendorong industri kreatif ini maju lebih cepat," ujarnya.

Melalui rumah produksi film yang ia dirikan, Angga berupaya membangun jaringan ke luar negeri dan memperoleh investasi atau penanaman modal asing (PMA). Rumah produksinya menjadi yang pertama di Indonesia yang mendapatkan dana lewat komunitas investor profesional seperti private equity dan venture capital.

"Akhirnya karena kita memaknai angka dengan cara yang berbeda, kami mampu membuat manifesto baru tentang Visinema yang kemudian dihargai oleh komunitas investasi dan menjadikan Visinema hari ini platform ekosistem kreator salah satu yang terbesar di Indonesia," ujarnya.

Di sisi lain, Angga juga turut menyinggung kinerja industri kreatif RI yang menurutnya luar biasa. Tercatat Return On Investment (ROI) creative project yang dinaungi bisnisnya tercatat sebanyak 2,5 kali. Lalu investor retention juga tercatat 90%. Hal ini menunjukkan potensinya untuk berkembang lebih besar di masa mendatang,

"Lalu so far selama 5 tahun terakhir saya menjual lebih dari 30 juta tiket. Itu angka yang besar dan ketika kita bisa mengkristalisasi itu jadi sebuah argumen, industri kreatif akan keliatan sebagai industri yang signifikan. Nggak cuman sekedar bunch of artis yang buang-buang duit," kata dia.

(shc/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads