Wamen Stella Christie Ungkap Cara Kampus Bisa Sumbang Kuadriliun

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Minggu, 24 Agu 2025 08:00 WIB
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie/Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom
Jakarta -

Perguruan tinggi di sejumlah negara maju dapat memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian negeri melalui riset dan inovasi. Bahkan, kontribusinya bisa tembus hingga kuadriliun rupiah.

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie mengatakan, di sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), kontribusi perguruan tinggi ke ekonomi sangat besar, mencapai 18% per tahun. Di AS terdapat banyak universitas berkelas dunia, salah satunya Stanford University.

"Poin saya sederhana, universitas memacu pertumbuhan ekonomi secara riil," kata Stella dalam acara Pesta Rakyat Untuk Indonesia 2025 di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Sabtu (23/8/2025).

Stella mengatakan, melalui lulusan, dosen, hingga hasil risetnya, Stanford University menghasilkan kontribusi sebesar US$ 2,7 triliun atau Rp 44 kuadriliun ke negara. Selain itu, Stanford juga berkontribusi pada penciptaan 5,4 juta pekerjaan dan 40.000 perusahaan.

"Sebenarnya sudah lebih (jumlah kontribusinya ke negara). Ini dari data tahun 2012, sudah lama sebenarnya," imbuh Stella.

Lalu ada Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang hasil riset maupun para alumninya berkontribusi terhadap ekonomi sebesar US$ 2 triliun atau Rp 32 kuadriliun per tahun. MIT juga berkontribusi pada 4,6 juta pekerjaan dan pembentukan 30.000 perusahaan.

Contoh lainnya yang diberikan Stella adalah kontribusi University of Kansas yang juga luar biasa besar terhadap ekonomi AS mencapai US$ 7,8 miliar atau Rp 127 triliun per tahun. Universitas ini juga berkontribusi pada 88.000 lapangan pekerjaan.

"Ini angka-angkanya ini luar biasa, angka-angkanya satu perguruan tinggi, kalau digabung perguruan tinggi di Amerika Serikat akan menghasilkan perekonomian yang luar biasa besar untuk negaranya," ujar dia.

Sedangkan di Asia, Stella memberikan contoh ekonomi China. Tercatat klaster inovasi dan teknologi menyumbang 13,4% dari total Produk Domestik Bruto (PDB), dengan hanya menggunakan 2.5% dari total lahan konstruksi negara.

Sementara di Indonesia sendiri, Stella tidak menerangkannya secara rinci melalui data kontribusi. Ia bercerita telah melakukan perjalanan ke sejumlah universitas selama 10 bulan ia menjabat. Ia mengaku sudah mengunjungi 34 universitas di 17 provinsi.

Meski begitu, berdasarkan hasil kunjungannya, ia melihat betapa banyaknya potensi yang dimiliki Indonesia dan harus dikembangkan lebih lanjut melalui riset yang lebih besar. Riset-riset lokal ini mampu meningkatkan ekonomi daerah.

"Itulah the beauty of science, the beauty of technology, the beauty of research,dan kita di Indonesia kaya, bukan saja tentang dunia, tetapi juga terutama sekali tentang orangnya, yang bisa memikirkannya, yang bisa mengolahkannya. Itu kita punya, tapi kita harus bangun ekosistemnya," kata dia.




(shc/ara)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork