Nego Masih Berlanjut, RI Minta Trump Bebaskan Tarif Impor Nikel

Andi Hidayat - detikFinance
Senin, 15 Sep 2025 16:34 WIB
Foto: Keterangan Foto: -Mendag Budi Santoso saat memberikan keterangan (Alamudin Hamapu/detikSumut)
Jakarta -

Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso, menegaskan pemerintah masih dalam proses negosiasi tarif impor dengan Amerika Serikat (AS). Diketahui, Negeri Paman Sam ini menjanjikan pembebasan tarif impor untuk sejumlah komoditas, salah satunya nikel.

Beberapa waktu lalu, AS juga baru menerbitkan kesepakatan dagang untuk sejumlah produk dari beberapa negara, seperti Jepang dan Uni Eropa. Produk tersebut mencakup nikel, emas, dan logam lainnya, serta senyawa farmasi dan bahan kimia.

"Tarif resiprokal itu kan seharusnya, kita masih menunggu dari Amerika. Jadi, mungkin ya, karena Amerika itu kan yang mau diajak berunding kan banyak negara," ungkap Budi kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/9/2025).

Adapun dalam kesepakatan dagang AS yang membebaskan tarif impor nikel kepada sejumlah negara tersebut, tidak termasuk Indonesia di dalamnya. Budi menyebut, hal itu juga masih dalam proses negosiasi dan menunggu jadwal pertemuan antara RI dan AS.

"Kita masih terus berproses, ya. Kita sambil menunggu jadwal lagi, ya. Sampai sekarang memang, ya, kita persimpangan menunggu karena memang dari Amerika belum ngasih jadwal lagi. Belum selesai," jelasnya.

Kesepakatan Dagang AS Bebaskan Bea Masuk Nikel

Dikutip dari Reuters, Presiden AS Donald Trump, telah menandatangani perintah eksekutif yang menawarkan beberapa pengecualian tarif resiprokal kepada mitra dagangnya, yang ditargetkan rampung pada Senin (8/9) pekan lalu. Kesepakatan ini berlaku untuk produk nikel, emas dan logam lainnya, serta farmasi dan bahan kimia.

Dalam laporan Reuters, terdapat 45 kategori produk yang dibebaskan tarif dari mitra dagang AS. Pada Jumat pekan pertama September ini, AS berkomitmen dalam kerangka kesepakatan yang ada, termasuk dengan sekutu seperti Jepang dan Uni Eropa.

Pengecualian bagi negara-negara dengan perjanjian perdagangan AS dimulai pada pukul 12:01 GMT Senin lalu. Dalam perintah tersebut, Trump bersedia mengurangi tarif sesuai cakupan dan nilai ekonomi dari mitra dagang terhadap AS dalam perjanjian perdagangan timbal balik dan kepentingan nasional Negeri Paman Sam tersebut.

Pembebasan tarif resiprokal ini mencakup produk yang tidak dapat ditanam, ditambang, atau diproduksi secara alami di AS atau diproduksi dalam volume yang cukup untuk memenuhi permintaan dalam negeri.

RI Bidik Pembebasan Tarif CPO-Nikel

Sekretaris Kemenko Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menyampaikan Indonesia masih terus melakukan negosiasi dengan AS meski tarif impor telah diturunkan dari 32% menjadi 19%. Proses ini berjalan sambil menunggu kebijakan berlaku pada 1 Agustus 2025.

Susiwijono yang mendampingi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pertemuan dengan pemerintah AS menegaskan, meski Presiden AS Donald Trump telah menetapkan tarif 19% untuk Indonesia, peluang negosiasi tetap terbuka.

"Tarif resiprokal kita kemarin dari Trump sudah memutuskan final 19%, tapi masih ada ruang negosiasi di sana," kata Susiwijono kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (18/7/2025).

Ia menjelaskan, pemerintah tengah mengupayakan agar sejumlah komoditas utama Indonesia yang sangat dibutuhkan AS bisa dibebaskan dari tarif tersebut dan dikenakan 0%. Produk-produk itu antara lain minyak sawit mentah (CPO), kopi, kakao, nikel, karet, hingga beberapa komoditas pertanian lain.

"Ada beberapa produk komoditas kita yang istilahnya itu sangat dibutuhkan AS, tidak bisa diproduksi di sana, tapi sangat reliable kalau diekspor dari Indonesia. Itu kita nego supaya tarifnya 0%. Itu banyak produknya sedang kita negokan mulai CPO, kopi, kakao, sampai nikel ada list produknya cukup banyak," ungkapnya.

Simak juga Video: Santai Saja Perang Tarif, Kita Masih Untung




(rrd/rrd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork