Bagi mereka yang masuk dalam kelompok kelas menengah dengan ongkos makan seadanya, warung makan sederhana atau banyak dikenal sebagai Warung Tegal (warteg) kerap menjadi pilihan tempat makan utama.
Hanya dengan Rp 10.000 pelanggan bisa mendapatkan sepiring nasi, sayur, dan lauk sederhana. Membuatnya jadi tempat makan paling sesuai dengan mereka yang ingin berhemat di tengah tingginya biaya hidup kota metropolitan.
Meski begitu, jika dihitung per bulan biaya yang dikeluarkan warga Jakarta untuk makan cukup tinggi. Hal ini seperti yang dirasakan oleh seorang pengemudi ojek online bernama Subaiti (35).
Padahal sehari-hari ia memilih untuk makan seadanya di warteg dengan menu sekitar Rp 10.000. Tak jarang sehabis makan, ia juga kerap bersantai sebentar dengan minum es dan kopi sebelum tarik penumpang lagi. Alhasil ia biasa menghabiskan Rp 20.000 dalam sekali makan.
"Pokoknya nyari yang murah lah, yang Rp 20.000an tadi lah, pokoknya yang tiga kali sudah Rp 60.000 kan, sebulan berapa tuh?" ucapnya.
Dengan asumsi sekali makan ditambah minum dan segelas kopi untuk bersantai Rp 20.000, tiga kali makan dalam sehari, maka dalam sebulan Subaiti dapat menghabiskan dana hingga Rp 1.800.000 (Rp 20.000 × 3 × 30).
Dengan penghasilan yang tak tetap sebagai pengemudi ojol, ongkos makan sehari-harinya ini tidaklah murah. Namun karena pekerjaan yang mengharuskannya banyak berpindah lokasi mengantar pelanggan, mau tak mau ia harus tetap makan di luar saat perut lapar.
Hal serupa dirasakan, Fernando (24), mahasiswa tingkat akhir sekaligus pencari kerja yang sudah lama tinggal di Jakarta. Karena statusnya sebagai mahasiswa yang masih banyak mengandalkan uang orang tua, saat makan di luar tak jarang ia harus berhemat dengan bersantap di warteg atau pedagang kaki lima pinggir jalan.
"Kalau makan di mal bisa habis berapa ratus ribu itu, saya saja jarang ke kafe, sekali ngopi bisa berapa. Paling kalaupun mau nongkrong, paling di warkop sih atau sekitar kampus saja," terangnya.
Dalam sekali makan di warteg, Fernando biasa menghabiskan Rp 13.000-15.000. Di mana dalam sehari ia biasa makan di luar paling banyak dua kali. Dengan asumsi itu, dalam sebulan dirinya masih menghabiskan Rp 780.000-900.000 (Rp 13.000-15.000 × 2 × 30).
Tentu besaran biaya makan di tengah kota Jakarta ini bisa meningkatkan cukup besar jika dirinya memilih untuk makan di tempat-tempat seperti mal maupun kafe dan restoran. "Tergantung pilihan kita juga, selera makannya. Kalau misalkan selera makan kita tinggi pasti boros juga," kata Fernando.
Tonton juga Video: Gausah FOMO, Hemat Uang Pakai Cara Ini!
(igo/fdl)