Pedagang warung tegal (warteg) mengakui bahwa harga daging ayam dan telur naik. Saat kedua bahan pokok itu naik, pedagang warteg tidak bisa menaikkan harga menu dari kedua bahan tersebut.
Untuk mengantisipasi kerugian, ukuran menu ayam dan telur diperkecil. Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan untuk menu telur, pedagang akan memilih telur yang lebih kecil agar kilogram yang didapat tetap sama atau banyak.
"Sangat berpengaruh, daya beli yang belum baik, sementara harga bahan pokok tidak baik karena ada kenaikan harga. Ini membuat pedagang warteg memutar otak agar menu tetap tidak naik (harga) dengan memilih telur yang size (ukurannya kecil) kilonya banyak," kata dia kepada detikcom, Selasa (18/11/2025).
Kemudian untuk menu daging ayam, ukuran potongan ayam juga diperkecil. Ia mencontohkan, biasanya satu ekor ayam dipotong 10, saat mengalami kenaikan harga, maka akan menjadi 12 potong. Tujuannya, harga tidak naik namun ukuran memang jadi lebih kecil.
"Potongan ayam yang tadinya 1 ekor dipotong 10 menjadi 12 potong agar harga tetap sama, tapi sizenya dikurangin (lebih kecil)," terangnya.
Mukroni menyebutkan, menu ayam biasanya dijual pada kisaran Rp 7.000/potong, kemudian telur Rp 5.000/butir, dan sayuran Rp 3.000-an.
Dia menduga, kenaikan harga daging ayam dan telur ini terjadi karena permintaan yang meningkat dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Apalagi, daging ayam dan telur merupakan bahan baku tinggi protein serta murah di pasaran.
"Kenaikan bahan pokok seiring dengan permintaan, program Makan Bergizi Gratis, setelah dapur-dapur dari BGN berjalan banyak permintaan terhadap bahan-bahan pokok, terutama seperti ayam, telur karena murah dibandingkan bahan lauk lain seperti daging dan ikan," ucapnya.
(ada/ara)