Transformasi sistem karantina Indonesia dinilai penting untuk meningkatkan daya saing Indonesia di mata global. Anggota Komisi IV DPR RI Rokhmin Dahuri mengusulkan agar sistem karantina Indonesia dapat selevel negara maju.
Rokhmin menegaskan, transformasi ini penting, apalagi Indonesia memiliki cita-cita keluar dari status negara dengan pendapatan rendah atau middle income trap.
"Ada tiga syarat basis supaya kita bisa keluar dari jebakan middle income trap, pertama adalah bangsa ini harus meningkatkan produktivitas dan daya saing. Kalau produktivitas rendah, daya saing rendah semacam ini akan melewat. Yang ketiga adalah harus memacu pertumbuhan ekonomi," kata dia dalam Talkshow Badan Karantina Indonesia bertajuk "Sinergi Menjaga Sumber Daya Hayati, Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi", di Habitate Jakarta, Kamis (20/11/2025). Sebagai informasi, acara ini didukung oleh PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) dan PT Suri Tani Pemuka.
Untuk itu, dia mengaku telah memberikan masukan agar Badan Karantina Indonesia untuk memerlukan benchmarking ke negara-negara yang sudah memiliki sistem karantina terbaik. Hal itu penting agar layanan karantina tidak menghambat ekspor-impor, tetapi tetap menjaga keamanan pangan, hewan, dan tumbuhan.
"Pak Sahat (Kepala Badan Karantina Indonesia Sahat Manaor Panggabean) cukup cari konsultan yang bisa mendesain sistem karantina Indonesia seperti di negara maju. Kita benchmarking. Kalau sudah tahu posturnya, kita butuh dananya, nanti Komisi IV akan dukung," ujar Rokhmin.
Lebih jauh, Rokhmin mengaitkan penguatan karantina dengan peningkatan daya saing nasional, pertama meningkatkan data saing yang sudah dimiliki dan yang sudah dimiliki negara lain.
"Kalau menurut Michael E. Porter (dalam buku The Competitive Advantage of Nations) Indonesia sudah menemukan jalur membangun daya saing itu dari kompetitif advantage yang kita miliki dan observasi pendidikan profesional," pungkasnya.
(ada/ara)