Penyandang disabilitas tunanetra masih menghadapi tantangan besar untuk bisa masuk dunia kerja. Mulai dari stereotip negatif, kurangnya aksesibilitas, hingga minimnya pemahaman dunia usaha terhadap potensi mereka.
Namun sejumlah perusahaan yang memiliki karyawan tunanetra membuktikan bahwa para pekerja khusus ini mampu memenuhi harapan dan tantangan dunia kerja, tidak kalah dari karyawan pada umumnya. Bahkan kondisi ini kerap menjadi titik balik perusahaan dalam melihat pekerja dengan disabilitas.
Sebagai contoh ada PT Integritas Makmur Mandiri (Imamatek) yang saat ini memiliki dua orang pekerja penyandang disabilitas. Tak main-main, posisi yang ditempati karyawan berkebutuhan khusus ini adalah software tester atau mereka yang bertugas menguji perangkat lunak untuk memastikan kualitas, fungsionalitas, dan kelayakannya sebelum dirilis ke pengguna.
CEO Imamatek, Agung Sachli, mengatakan pada awalnya perekrutan karyawan dengan disabilitas ini dilakukan perusahaan untuk memberi kesempatan kerja yang sama untuk semua golongan masyarakat. Meski saat itu perusahaan juga ragu apakah para penyandang disabilitas, khususnya tunanetra bisa bekerja di bidang teknologi informasi (IT).
"Jadi kami belum tahu ini kira-kira kalau penyandang disabilitas kerja di perusahaan IT gimana gitu. Tapi bagaimana pun kami coba saja, pasang lowongan kerja di Jobstreet, dan ada satu tunanetra yang melamar. Habis itu berakhir menjadi seorang programmer yang masih bekerja di tempat kami," ucapnya dalam acara Jakarta Employment Forum For The Blind 2025, Kamis (11/12/2025).
Selama proses rekrutmen, tentu hal pertama yang ditanyakan perusahaan ke pelamar disabilitas sensorik netra tersebut adalah bagaimana ia bisa mengoperasikan perangkat komputer. Dengan bantuan aplikasi tertentu, pelamar itu membuktikan bahwa dirinya bisa menggunakan komputer seperti karyawan pada umumnya.
"Setelah itu kami tes, kasih soal bikin program yang sederhana gitu, dan ternyata dia bisa gitu," ucapnya.
Singkat cerita, karyawan itu kemudian diterima dan mengikuti pelatihan seperti karyawan baru pada umumnya. Walau tentu dalam prosesnya, cara penyampaian informasi untuk karyawan disabilitas visual ini perlu disesuaikan kembali. Misalkan saja untuk informasi-informasi berupa gambar disampaikan secara naratif dan lainnya.
"Sampai sekarang bahkan kami tidak merasa ada perbedaan dengan karyawan yang lain gitu. Mereka masuk kerja seperti biasa, pulang seperti biasa. Tim lain itu juga menganggap mereka sebagai sebuah rekan kerja yang normal gitu.
Kemudian ada juga hotel Gran Melia yang memiliki satu karyawan tunanetra, bekerja sebagai operator. Meski perusahaan perlu penyesuaian sedikit dalam hal infrastruktur teknologi informasi yang digunakan, pekerja penyandang disabilitas tersebut terbukti bisa berkinerja baik sama seperti karyawan lainnya.
"Ada software yang bisa mendukung untuk dia melakukan tugasnya sebagai operator. Jadi sekarang semenjak kami ganti sistem yang baru, kami ganti juga software yang khusus untuk dipergunakan sama karyawan kami," kata Director of Human Resources Gran Melia Jakarta, Devy Tambunan.
Di luar itu, ada juga PT Maha Nagari Nusantara yang turut mempekerjakan satu orang penyandang disabilitas, ditempatkan di posisi Digital Customer Service. Menjadi contoh lain bagaimana perusahaan dapat merekrut penyandang disabilitas tunanetra tanpa kendala, dan para pekerja khusus ini bisa berkarier selayaknya karyawan pada umumnya.
Lihat juga Video: Malaysia Bawa 12 Tunanetra di Jambore Pramuka Muslim Dunia
(igo/fdl)