Rugi Surat Berharga Rp 183,91 Miliar, Keuangan Danareksa 'Bolong'

Rugi Surat Berharga Rp 183,91 Miliar, Keuangan Danareksa 'Bolong'

- detikFinance
Senin, 01 Agu 2011 07:27 WIB
Rugi Surat Berharga Rp 183,91 Miliar, Keuangan Danareksa Bolong
Jakarta - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pengelola dana, PT Danareksa (Persero), menderita rugi bersih Rp 174,42 miliar di semester I-2011. Padahal pada periode yang sama tahun lalu perseroan berhasil mencatat laba bersih Rp 46,83 miliar.

Berdasarkan ringkasan laporan keuangan PT Danareksa, seperti dikutip detikFinance, Senin (1/8/2011), memburuknya kinerja perseroan disebabkan oleh adanya rugi dari hasil penjualan surat berharga sebesar Rp 183,91 miliar.

Performa pendapatan usaha Danareksa dari bunga, dividen dan sewa pembayaran memang menurun dari Rp 58,77 miliar di semester I-2010 menjadi Rp 52 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun pendapatan jasa dan jasa penjaminan emisi efek menunjukkan kenaikan. Pendapatan jasa meningkat menjadi Rp 97,45 miliar, dari sebelumnya Rp 87,57 miliar. Sedangkan pendapatan jasa penjaminan emisi efek meningkat drastis menjadi Rp 69,5 miliar, dari posisi tahun lalu yang hanya Rp 6,78 miliar.

Tidak seperti tahun 2010, dimana penjualan surat berharga menghasilkan laba Rp 88,6 miliar. Justru di paruh pertama 2011 penjualan surat berharga merugi Rp 183,91 miliar.

Sampai saat ini, tidak ada penjelasan dari manajemen PT Danareksa atas kerugian akibat penjualan surat berharga tersebut. Saat diminta konfirmasi, Direktur Utama Danareksa, Edgar Ekaputra tidak menjawab telepon atau pesan singkat yang detikFinance kirimkan.

Jika menelisik kebelakang, kuat dugaan kerugian ini akibat penjualan 'paksa' saham Initial Public Offering (IPO) PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) milik Danareksa, yang tidak terserap investor di awal 2011 lalu. Seperti diketahui, Danareksa Sekuritas yang merupakan anak usaha perseroan, adalah salah satu penjamin emisi dari IPO Garuda Indonesia.

Usai periode penawaran saham perdana, terdapat sisa saham 3.008.406.725 lembar yang tidak terserap investor, dengan nilai Rp 2,256 triliun.

Sistem single point berlaku pada perjanjian penjaminan emisi GIAA, baik PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Bahana Securities. Ini artinya ketiganya harus membeli dengan proporsi yang berimbang. Danareksa dan dua penjamin emisi lain pun mengeluarkan dana tambahan masing-masing Rp 752 miliar.

Dengan pencapaian tersebut diatas, total pendapatan usaha Danareksa pun turun drastis dari Rp 241,74 miliar tahun lalu, menjadi hanya Rp 35,03 miliar.

Danareksa menambah buruk kinerjanya karena adanya peningkatan beban keuangan dan beban usaha yang masing-masing Rp 107,02 miliar dan Rp 111,94 miliar. Ini mengakibatkan Danareksa menderita rugi usaha Rp 183,93 miliar, dari periode sebelumnya yang mencatat laba usaha Rp 59,73 miliar.

Posisi laba bersih per saham Rp 66,75 di tahun lalu pun tidak mampu dihasilkan di 2011. Bahkan Danareksa menderita rugi bersih per saham Rp 248,65 miliar.

Perseroan hingga Juni 2011 juga mencatatkan total aset Rp 3,62 triliun, naik dari periode yang sama tahun lalu Rp 2,74 triliun. Dengan total kewajiban yang juga meningkat dari Rp 1,935 triliun menjadi Rp 2,98 triliun.

Naiknya kewajiban nyaris terjadi pada seluruh pos. Namun kenaikan yang cukup drastis terjadi pada pinjaman bank jangka pendek, dari Rp 250 miliar menjadi Rp 750 miliar. Kemudian utang kegiatan perantara perdagangan efek yang naik dari Rp 494,94 miliar menjadi Rp 850,137 miliar.

(wep/qom)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads