Investment Bankers Asal Singapura Minati Bank Mega
Selasa, 14 Des 2004 12:16 WIB
Jakarta - Investment Bankers asal Singapura telah menyatakan minatnya untuk masuk ke PT Bank Mega Tbk (MEGA). Namun penjajakan tersebut masih bersifat awal dan belum membicarakan jumlah saham. Sebelumnya, GE Capital juga telah menyatakan minatnya masuk ke Bank Mega."Pembicaraan dengan Investment Bankers asal Singapura masih sangat awal sekali dan belum ada komitmen apa-apa. Begitu pula dengan GE Capital sebelumnya juga mereka hanya datang dan pembicaraanya masih dini," kata Dirut Bank Mega Yungky Setiawan dalam publik ekspose yang berlangsung di Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ), Jl. Jend. Sudirman, Jakarta, Selasa,(14/12/2004).Menurut Yungky, sejauh ini perseroan sangat terbuka terhadap rencana masuknya investor-investor tersebut. Apalagi lanjut dia, jika masuknya investor tersebut memberikan sinergi kepada perusahaan. "Tapi untuk tahap awal kita lebih memilih menjadi partner terlebih dulu," ujarnya.Bank Mega dalam struktur Arsitektur Perbankan Indonesia (API) 2010, menurut Yungky, telah menargetkan untuk menjadi bank nasional dengan modal minimum Rp 10 triliun. Sementara saat ini modal Bank Mega sebesar Rp 1,1 triliun.Untuk mencapai target menjadi bank nasional tersebut, menurut Yungky, perseroan akan memfokuskan pada pertumbuhan organik (kredit) ketimbang melakukan akuisisi. Selain itu juga perseroan berencana menerbitkan obligasi sub ordinasi (sub debt) sebesar Rp 600 miliar paling lambat Juni 2005.Bank Mega juga menargetkan pertmbuhan aset tahun 2005 bisa mencapai Rp 28-30 triliun. Sedangkan hingga akhirtahun 2004 diharapkan mencapai Rp 20 triliun dibanding target semula yang sebesar Rp 18 triliun yang saat ini telah terpenuhi.Untuk meningkatkan aset tersebut, Bank Mega berencana membuka 50 kantor baru pada tahun 2005, dimana pada tahun ini telah beroperasi sebanyak 100 kantor cabang. "Biaya investasi untuk mendirikan satu kantor sebesar Rp 3-5 miliar," kata Yungky.Dana pihak ketiga hingga akhir tahun 2004 diproyeksikan sebesar Rp 17triliun-18 triliun dengan kredit sebesar Rp 8 triliun. Sedangkan per September 2004 dana pihak ketiga mencapai Rp 15,2 triliun dengan total kredit sebesar Rp 7,3 triliun."Tahun depan pertumbuhan kredit diharapkan 30-40 persen, sedangkan pertumbuhan kredit tahun ini naik 30 persen dibanding tahun lalu," ujarnya.Mengenai kasus dugaan penggelapan kredit yang dilakukan oleh pabrik tekstil di Bandung, menurut Yungky, total jumlah kredit yang macet untuk pokok, denda dan bunga mencapai Rp 51 miliar. Diharapkan recovery kredit tersebut bisa tertutup dari aset yang dijaminkan pabrik tersebut berupa mesin, tanah dan bangunan. "Nilai agunan jaminannya mencapai 100 persen jadi kita harapkan recoverynya juga bisa 100 persen," ujar Yungky.
(umi/)