Saham-saham Ini Anjlok Kena Imbas 'Amukan' Dolar

Saham-saham Ini Anjlok Kena Imbas 'Amukan' Dolar

- detikFinance
Rabu, 17 Des 2014 19:35 WIB
Jakarta - Isu kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserves menyebabkan investor meninggalkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Imbasnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah mengikuti depresiasi rupiah terhadap dolar AS.

Dalam periode 5-16 Desember, IHSG sudah turun 3,1%. Anjloknya IHSG ini juga diikuti saham-saham berkapitalisasi besar.

"Pada 5 Desember sampai kemarin, market goyang. Bukan hanya Indonesia tapi semua bursa saham. Ada saham-saham yang kita amati turunnya paling banyak. Fundamental bagus, tapi memang ada pengaruh sentimen di market," kata Head of Equity Research Mandiri Sekuritas John Rachmat saat acara Update Pencapaian PT Mandiri Sekuritas di Tahun 2014 serta Outlook Pasar Modal Indonesia di Tahun 2015 di Kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (17/12/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

John menyebutkan, saham-saham yang terkena imbas penguatan dolar AS biasanya yang punya biaya operasional dan utang valas yang tinggi. Misalnya adalah saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dengan kapitalisasi pasar US$ 2,39 miliar. Selama 5-16 Desember 2014, harga saham perseroan anjlok 10% dari Rp 1.845 menjadi Rp 1.660.

Kondisi serupa dialami PT Pakuwon Jati Tbk (PWON). Perusahaan berkapitalisasi pasar US$ 1,78 miliar ini harga sahamnya sudah jatuh 8,7% dalam 2 pekan terakhir, dari Rp 515 ke Rp 470.

Ada juga PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). Perusahaan ini memiliki kapitalisasi pasar US$ 6,72 miliar. Harga sahamnya merosot 7,6% dalam 2 pekan terakhir dari Rp 25.200 menjadi Rp 23.275.

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) juga demikian. Kapitalisasi pasar APLN mencapai US$ 529 juta. Harga sahamnya turun 7,6% dari Rp 356 menjadi Rp 329.

PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan kapitalisasi pasar US$ 7,21 miliar juga sahamnya turun 6,3% dari Rp 16.550 menjadi Rp 15.500.

Sementara saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), emiten berkapitalisasi pasar US$ 8,48 miliar, merosot 6,1% dari Rp 6.175 menjadi Rp 5.800.

"Namun tahun depan ekonomi Indonesia jauh lebih kuat. Saham perbankan bisa jadi pilihan seperti BRI, BCA, BTN. Kemudian sektor infrastruktur seperti SMGR, PTPP, PGAS, karena infrastruktur lagi digenjot," jelasnya.

(drk/hds)

Hide Ads