China Bikin Geger Lemahkan Yuan, Ini Positifnya Bagi RI

China Bikin Geger Lemahkan Yuan, Ini Positifnya Bagi RI

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Kamis, 13 Agu 2015 09:56 WIB
Jakarta - Langkah China yang sengaja melemahkan mata uang yuan berdampak luas pada sektor keuangan dunia, termasuk Indonesia. Mata uang negara-negara di dunia tak terkecuali Indonesia ambruk.

Selain posisi rupiah yang sudah terjungkal dan membuat dolar naik ke level Rp 13.795, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun merosot ke level 4.479,491.

Namun demikian, sentimen China ini ada sisi positifnya bagi Indonesia. Apa itu? Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mencoba menganalisa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, gejolak China ini cukup berpengaruh terhadap perekonomian dunia termasuk Indonesia. Akibat China melemahkan yuan untuk menggenjot ekspornya, sektor keuangan dunia tertekan.

Sentimen China ini justru membuat dolar AS kian perkasa. Di tengah penguatan dolar AS yang semakin meroket, pemerintah AS tentu tidak akan membiarkan mata uangnya terlalu kuat.

Dampaknya, barang-barang ekspor AS akan semakin mahal dan ini tentu akan melemahkan daya saing AS.

Melihat itu, David menilai, sejauh sentimen China ini terus membuat pasar dunia bergejolak, Bank Sentral AS yaitu The Federal Reserve (The Fed), akan menahan niatnya untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan.

"Kemungkinan The Fed akan menunda karena dolar terlalu kuat, ekspor AS akan kalah bersaing jika dolar terlalu mahal," ujarnya kepada detikFinance, Kamis (13/8/2015).

David menyebutkan, tentu ini akan sedikit memberi ruang bagi Indonesia atas 'gempuran' sentimen negatif.

Jika The Fed menunda menaikkan suku bunganya yang direncanakan September 2015, maka para investor juga akan tetap mempertahankan portofolio mereka di Indonesia. Penarikan dana besar-besaran yang diperkirakan sebelumnya tidak akan terjadi.

Namun memang, kata David, penundaan ini akan kembali memberi ketidakpastian ke pasar keuangan. Tapi setidaknya, kekhawatiran soal The Fed sedikit berkurang.

"Tapi ya memang, timbul kembali ketidakpastian, tapi akan menyesuaikan nanti," katanya.

Dihubungi terpisah, Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetiantono menambahkan, penundaan The Fed akan baik bagi Indonesia.

"Positive thinking, ini baik karena dolar terlalu kuat, AS akan mikir-mikir lagi untuk menaikkan suku bunga, ekspor mereka akan mahal, daya saing menurun," katanya.

Tony menyebutkan, sentimen China tidak akan berlangsung lama. Pasalnya, ambruknya pasar keuangan dunia termasuk Indonesia lebih karena shock sesaat. Dalam beberapa waktu ke depan, pasar keuangan akan kembali normal.

Di Indonesia, tentu harus diimbangi dengan dorongan sentimen positif dari dalam negeri agar pasar keuangan bisa kembali bergairah.

"Ini respons sesaat. Mereka sedang terkaget-kaget dengan ini. Pasar shock. Rupiah tidak akan melemah lebih lanjut karena sudah undervalue, dan akan kembali positif tapi harus ada sentimen positif dari kita, bisa dorong infrastruktur, serap belanja pemerintah, dan reshuffle," jelas Tony.

(drk/ang)

Hide Ads