Di Universitas Harvard, Susi Ajak Mahasiswa Lindungi Laut

Laporan dari Boston

Di Universitas Harvard, Susi Ajak Mahasiswa Lindungi Laut

Ari Saputra - detikFinance
Kamis, 15 Mar 2018 09:31 WIB
Foto: Ari Saputra
Boston - Di sela kunjungan kerjanya di Boston, Amerika Serikat, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mendapat kehormatan untuk mengisi kuliah umum di Harvard Kennedy School, Cambridge, Amerika Serikat, Senin (11/3) lalu. Pada kesempatan tersebut, Susi menyampaikan paparan dengan tema The State of Fisheries in Indonesia and Beyond.

Di hadapan mahasiswa Indonesia dan mancanegara yang hadir, Susi mengajak mahasiswa Harvard melindungi laut agar kekayaan laut juga dapat dinikmati hingga generasi-generasi selanjutnya. Termasuk untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang dihormati dan disegani.

"Saya mengharapkan mereka (para mahasiswa) yang akan meneruskan apa yang menjadi rencana kerja, rencana program daripada pemerintah sekarang. Tentang laut masa depan bangsa, menjadikan Indonesia poros maritim dunia. Tentu saja menjadikan Indonesia menjadi negara maritim yang dihormati dan disegani dan terus comitted menjaga sovereignity dan sustainability sumber daya kelautan dan perikanan," kata Susi usai kuliah umum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Selain itu, Menteri Susi menyatakan mahasiswa perlu turut serta memperjuangkan hak-hak laut. Tidak lain karena banyaknya aktivitas ilegal yang merugikan laut seperti pencurian ikan (illegal fishing), perbudakan (slavery) dan penyelundupan.

" Harapannya, long term policy (kebijakan jangka panjang) ini akan terus kita jaga supaya policy yang baik ini akan terus bisa memastikan bahwa sumber daya laut ini terus ada dan banyak, dan berkelanjutan. Juga meng-encourage (mendorong) mereka sama-sama mengadvokasi ocean right (hak laut)," ungkap Menteri Susi.

Dalam kuliah umumnya, Menteri Susi memaparkan langkah yang telah ditempuh KKP untuk mencapai tiga pilar utama pembangunan kelautan dan perikanan, yaitu kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan.


"Hasil penelitian menunjukkan, dalam rentang 2003 hingga 2013 kami kehilangan hampir 50 persen nelayan kami. Mengapa? Karena hampir tidak ada lagi ikan. Saya mengalami sendiri sebelum saya menjadi menteri, saya berasal dari desa kecil di Pantai Selatan Jawa, di wilayah Laut Hindia. Di tahun 1999 hingga tahun 2000-an awal, nelayan masih bisa menangkap 10 ton, 20 ton ikan kakap merah, udang. Tapi tiba-tiba di awal 2001 tangkapan mulai sedikit sedikit hingga hampir tak ada sama sekali," cerita Menteri Susi.

Menurutnya, di awal masyarakat tidak mengetahui penyebab berkurangnya ikan secara drastis. Kebanyakan berpikir mungkin ikan memang sudah habis akibat ditangkap oleh nelayan Indonesia. Tapi ternyata hal itu bukanlah penyebab sebenarnya.

Menurutnya, penyebab utama adalah diberikannya izin bagi nelayan asing untuk menangkap ikan di perairan Indonesia oleh pemerintah mulai tahun 2001. "Legalisasi penangkapan ikan oleh kapal asing di Indonesia adalah alasannya," tegasnya.

Berbagai kebijakan diterapkan untuk memerangi segala bentuk praktik illegal fishing salah satunya yaitu dengan kebijakan penenggelaman kapal. Dalam pemberantasan illegal fishing ini tak jarang juga terungkap berbagai kasus penyelundupan dan perbudakan manusia.

Upaya pemerintah ini membuahkan hasil dengan berkurangnya praktik illegal fishing secara drastis. Puluhan ribu kapal asing menghilang dari laut Indonesia.

"Kami berharap dengan menghentikan illegal fishing, masyarakat akan lebih tertarik untuk kembali melaut. Di waktu yang bersamaan kami juga melihat peningkatan nilai tukar nelayan dari 104 menjadi 110," tuturnya. (Ari/zul)

Hide Ads