"Kemajuan pasar keuangan adalah salah satu indikator kemajuan suatu negara. Kita harus lebih agresif dalam melancarkan diplomasi finansial," demikian disampaikan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio di depan peserta Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) ke-60, Selasa 27 Maret 2018.
Pasar keuangan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mencatat kinerja yang mengesankan. Hingga Maret tahun ini, BEI berhasil membukukan nilai kapitalisasi sebesar Rp 7.441 triliun .
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: IHSG Anjlok Jadi Kesempatan Buru Saham Murah |
Rekor tertinggi IHSG senilai 6.689 juga berhasil ditorehkan. Tidak cukup itu saja, BEI berhasil mencatatkan diri sebagai bursa dengan return tertinggi selama sepuluh tahun.
Untuk terus menggenjot kinerja pasar keuangan Indonesia, BEI telah bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri untuk mempromosikan peluang investasi di pasar keuangan Indonesia. Tujuannya menarik sebanyak-banyaknya investasi asing di pasar modal Indonesia. Tagline-nya: Invest in Bountiful Indonesia.
"Kita ingin menunjukkan bahwa Indonesia bukan saja negeri yang indah, tapi juga negara yang menguntungkan untuk investasi," tukas Tito.
Baca juga: BEI Terbitkan 3 Indeks Baru Bulan Depan |
Agar sukses, inovasi dan kreativitas mutlak diperlukan. Menurut Tito, salah satu bentuk inovasi yang digagas adalah dengan menjadikan Perwakilan RI di seluruh dunia menjadi pusat informasi untuk berinvestasi saham di Indonesia.
Calon investor cukup datang ke Kedutaan dan Konsulat Jenderal RI terdekat untuk mendapatkan informasi pasar saham Indonesia. Dalam kunjungan ke BEI ini, peserta Sesdilu 60 berkesempatan secara langsung pencatatan perdana salah satu perusahaan yang go public.
Tidak kalah menariknya, peserta melakukan simulasi investasi saham. Saat ini BEI memang tengah gencar melakukan kampanye untuk mendorong masyarakat menabung saham.
Untuk memperdalam pengetahuan mengenai sektor keuangan Indonesia, pada hari yang sama peserta Sesdilu juga berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Sektor jasa keuangan adalah katalisator pertumbuhan ekonomi Indonesia. Melalui sektor ini dapat dihimpun dana untuk kegiatan ekonomi masyarakat dan Pemerintah", demikian disampaikan Santoso Wibowo, Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi OJK.
Menurut Santoso, sektor jasa keuangan Indonesia masih memiliki ruang untuk terus tumbuh, baik untuk sektor perbankan, pasar keuangan, maupun asuransi. Sebagai regulator dan pengawas di sektor ini, OJK berperan besar untuk wujudkan sektor keuangan Indonesia yang stabil, inklusif dan kontributif. (hns/hns)