Garuda Indonesia memang belum mampu menorehkan angka positif di posi laba bersih di laporan keuangannya. Pada 2017 saja misalnya, perseroan masih mengalami rugi bersih US$ 213,4 juta atau setara Rp 2,88 triliun. Berbanding terbalik dengan 2016 yang berhasil mencatatkan laba bersih sebesar US$ 9,4 juta atau sekitar Rp 126,9 miliar.
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Gatot Trihargo mengatakan, Menteri BUMN Rini Soemarno telah menginstruksikan agar Garuda Indonesia melakukan evaluasi rute yang rugi. Terutama rute-rute internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk rute internasional, Kementerian BUMN menyarankan agar Garuda Indonesia fokus pada rute-rute yang "gemuk" atau banyak peminatnya. Seperti misalnya rute ke Singapura, Hong Kong maupun Taiwan.
Kemudian Garuda Indonesia diminta untuk memperkuat layanan umroh dan haji. Sebab pasar tersebut akan terus besar mengingat mayoritas masyarakat Indonesia menganut agama Islam.
"Tapi tarifnya paling mahal. Kira ingin dievaluasi tarifnya biar lebih kompetitif," tambah Gatot.
Terakhirnya Garuda Indonesia diminta untuk memperkuat sinergi dengan anak usahanya Citilink. Kementerian BUMN tak ingin ada skat antara kedua maskapai yang mempunyai hubungan anak dan induk usaha itu. (dna/dna)











































