Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro pada dasarnya investor masih menilai Indonesia dan Turki sebagai negara berkembang. Kedua negara ini berdampak langsung terhadap dinamika ekonomi global.
"Indonesia dan Turki sama-sama dianggap emerging market jadi ditahap awal ada konsolidasi dari investor lihat emerging market," ujar Bambang di di Royal Kuningan Hotel, Jakarta, Senin (13/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ia berharap investor memberikan penilaian yang berbeda berdasarkan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini.
"Mudah-mudahan apa yang kita lakukan berikan persepsi yang berbeda dengan Turki karena Turki ada unsur intervensi dari pemerintah kepada bank sentral. Sedangkan kita sudah relatif independen," kata dia.
Selain itu, terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mencapai Rp 14.600 ia mengatakan mesti melakukan penelusuran dalam beberapa hari ke depan.
"Di awal ada konsolidasi, konsolidasi akan pengaruhi nilai tukar rupiah. Yang penting kita lihat beberapa hari ke depan, apakah tren rupiah akan membaik kembali dan kemudian orang larinya hanya pada Turki," sambung dia.
Baca juga: Lira Turki Tiarap di Hadapan Rupiah |
Bambang berharap investor menilai rupiah dan lira memiliki fundamental yang berbeda. Pasalnya, rentang inflasi pada rupiah berada di level 4% sedangkan lira jauh lebih tinggi.
"Atau kita dianggap sama dengan Turki. Tapi perkiraan saya, kita dianggap beda karena kita punya independensi bank sentral. Kedua kita juga inflasi lebih baik. Turki inflasi double digit, sedangkan kita inflasi cuma sekitar 3-4% ini buat perbedaan yang luar biasa," tutup dia.
Saksikan juga video ' Penyebab Rupiah dan Mata Uang Dunia Melemah ':
(ara/ara)