Diketahui tahun lalu Bank Mandiri mencatatkan laba bersih Rp 25 triliun. Dengan begitu, dividen yang dibagikan sebesar RP 11,25 triliun. Dividen per saham sebesar RP 241 per lembar.
"Menyetujui pembagian dividen sebesar Rp 241/saham," tutur Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Sulaiman dalam RUPST di Jakarta, Kamis (16/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut susunan komisaris dan direksi perusahaan:
Komisaris
* Komisaris Utama : Hartadi Agus Sarwono
* Wakil Komisaris Utama : Imam Apriyanto Putro
* Komisaris : Askolani
* Komisaris : Bangun Sarwito Kusmulyono
* Komisaris : Goei Siauw Hong
* Komisaris : Ardan Adiperdana
* Komisaris : Makmur Keliat
* Komisaris : R. Widyo Pramono
Direksi
* Direktur utama : Kartika Wirjoatmodjo
* Wakil Direktur Utama : Sulaiman Arif Arianto
* Direktur : Royke Tumilar
* Direktur : Hery Gunardi
* Direktur : Ahmad Siddik Badruddin
* Direktur : Rico Usthavia Frans
* Direktur : Darmawan Junaidi
* Direktur : Alexandra Askandar
* Direktur : Agus Dwi Handaya
* Direktur : Panji Irawan
* Direktur : Donsuwan Simatupang
* Direktur : Riduan
Digitalisasi
Bank Mandiri juga mengembangkan sistem digitalisasi perbankan. Berkat hal itu, perusahaan plat merah ini dapat menghemat hingga ratusan miliar.
Menurut Direktur Bisnis dan Jaringan Hery Gunardi dalam dua tahun terakhir, Bank Mandiri telah menurunkan jumlah pembukaan kantor cabang baru. Sebelumnya rata-rata kantor baru yang dibuka sebanyak 120, kini berkurang menjadi 10 kantor.
"Cabang dalam satu tahun kita buka 100-120 itu cabang reguler dan mikro. Tetapi tahun ini dan tahun lalu menurun drastis, 50 (buka cabang) dan tahun ini cuma 10 (buka cabang)," ungkapnya.
Hal ini lah yang membuat penghematan anggaran hingga ratusan miliar. Sebab, biaya pembukaan kantor cabang baru menelan biaya hingga Rp 1,5 miliar.
"Penghematan itu dilihat dari biaya pembukaan satu kantor cabang Rp 1 hingga 1,5 miliar. Jadi bisa hemat ratusan milar kan," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan digitalisasi di Bank Mandiri sendiri telah memegang peran yang dominan. Hery mengungkap, per bulannya transaksi melalui elektronik mencapai 80 juta kali.
"Sekarang 80 juta transaksi per bulan sudah lewat, kami sebutnya channel elektronik. Kalau di cabang tinggal 8-10% saja (transaksi yang digunakan) dan akan turun terus," ungkapnya.
Sementara itu, pihaknya juga mengalokasikan dana belanja modal atau capex untuk mengembangkan digitalisasi sebesar Rp 2,4 triliun dari total Rp 4,8 triliun.
"Capexnya Rp 4,8 triliun. Tapi untuk sistem informasi ini setengahnya, itu digunakan untuk mengembangkan IT," tutup dia. (zlf/zlf)