Mantan menteri era Soeharto, Emil Salim menilai kebijakan redenominasi dari Rp 1.000 menjadi Rp 1 tak akan bisa mendongkrak nilai rupiah terhadap dolar.
"Tidak ada kebijakan yang bisa. Sebab nilai rupiah adalah akibat dari satu langkah perbaikan produktivitas, kemampuan persaingan dan sebagainya," kata Emil usai menghadiri Dialog Ekonom Indef dan Paramadia Public Policy Industry (PPPI) di Hotel The Westin, Jakarta, Kamis (17/10/2019).
Menurut Emil, nilai rupiah akan naik dengan bertambahnya jumlah produksi dan jasa di Indonesia. Sehingga, perekonomian dan daya saing Indonesia ke berbagai negara meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, Emil menuturkan, produktivitas masyarakatlah yang perlu 'ditancap gas'nya. Bukan mengandalkan satu kebijakan seperti redenominasi untuk mendongkrak nilai rupiah.
"Maka produktivitas manusia-manusia itu harus kita tancap gas. Nilai rupiah adalah hasil dari naiknya produktivitas. Rupiah itu adalah uang yang didukung oleh produk, produk adalah hasil dari produktivitas manusia. Kita nggak bisa bilang, 'hey rupiah naiklah', nggak bisa. Nilai rupiah adalah akibat dari semakin kuatnya ekonomi," tutupnya.
Sebagai informasi, pada 2017 lalu, Gubernur BI saat itu mengharapkan redenominasi ini bisa dilaksanakan pada 2020 mendatang.
Tapi untuk menjalankan rencana itu, jalannya masih panjang. Mulai dari pembahasan rancangan undang-undang redenominasi, perjalanan masuk program legislasi nasional (prolegnas) sampai masa transisi hingga masa penerapan.
Penyederhanaan nilai ini bertujuan agar bisa lebih efisien, rupiah makin berdaulat dan lebih bergengsi jika dibandingkan dengan mata uang negara lain. (dna/dna)