Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan paska pengumuman kabinet Indonesia Maju oleh Presiden Jokowi di istana ada respon negatif dari pasar keuangan.
Dia menjelaskan IHSG turun 0,4% menjadi 6.207 dan rupiah melemah tipis ke 14.060 atau terdepresiasi 0,14%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bhima mengatakan, misalnya Menko Perekonomian. yang idealnya diisi oleh sosok yang bukan karena pos Menko adalah tempat yang sangat strategis.
"Lagipula kinerja pak Airlangga di kementerian perindustrian bisa dibilang jauh dari harapan. Misalnya deindustrialisasi prematur terus berlanjut, dan pak Airlangga gagal menahan laju deindustrialisasi," kata dia.
Kemudian, pada tahun 2015 kuartal II share manufaktur terhadap PDB sebesar 20,8% kemudian di tahun 2019 kuartal yang sama turun ke 19,5%.
Laju pertumbuhan manufaktur pun 3,54% jauh di bawah pertumbuhan ekonomi yakni 5,05%.
"Saya kira pak Darmin lebih paham kebijakan makro ekonomi dibandingkan Airlangga. Jadi ini penurunan kualitas kabinet di tengah tantangan resesi ekonomi di depan mata," jelasnya.
Dihubungi terpisah, Technical Analyst PT Panin Sekuritas William Hartanto menjelaskan sentimen terhadap pelantikan menteri telah diantisipasi oleh pelaku pasar. Karena itu, adanya aksi ambil untung merupakan hal yang wajar terjadi.
"IHSG masih di kisaran 6.200 hari ini. Jadi jika nanti sore masih di 6.200 ya akan terkoreksi," katanya.
Untuk sosok menteri sendiri, kata William, adanya sosok menteri baru memiliki dampak jangka pendek terhadap pasar saham. Pasar masih akan melihat kebijakan apa yang akan diambil para menteri baru nantinya.
Sedangkan untuk melemahnya rupiah sendiri, tambah William, bukan karena pengumuman soal kabinet. Melainkan karena sentimen perang dagang.
"Sekarang rupiahnya 14.055 masih di level 14.000 memang masih mirip-mirip IHSG, rupiah lebih ke sentimen ke perang dagang bukan karena pelantikan menteri," katanya.
(kil/fdl)