"Kepercayaan yang begitu besar dari berbagai pihak harus kita jaga karena dalam kesempatan ini saya berpesan dan mendukung agar otoritas bursa, OJK, BEI segera membersihkan bursa dari praktik-praktik jual beli saham yang tidak benar. Jangan kalah dengan yang jahat-jahat. Hati-hati, harus bersih, berintegrasi, berani," ujar Jokowi di gedung BEI, Jakarta, Kamis (2/1/2020)
Istilah goreng saham ini diungkit Jokowi setelah dirinya mendapat informasi terkait adanya manipulator yang menggoreng harga saham sehingga harga tak sesuai dengan kondisi riil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, sejak kapan sebenarnya praktik goreng saham ini mulai berjalan?
Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan praktik goreng saham sendiri sudah ada sejak bursa saham berdiri di dunia ini.
"Sejak bursa saham di dunia berdiri, aktifitas goreng menggoreng saham sudah banyak terdengar, tidak hanya di Indonesia," katanya.
Menurutnya, praktik manipulasi saham ini bahkan juga bisa terjadi di bursa saham besar yakni bursa Wall Street di Amerika Serikat. Pasar dengan harga saham tinggi seperti Amazon dan Alphabet pun masih dianggap rentan akan praktik tersebut.
"Contohnya Wall Street, sampai dijadikan film berjudul The Wolf of Wall Street, di mana tokoh utamanya Jordan Belford yang merupakan seorang broker menggoreng harga saham salah satu perusahaan yang ternyata secara fundamental tidak memiliki nilai yang sewajarnya dengan beberapa berita fiktif dan transaksi semu," tuturnya.
Menjamur aktifitas nakal di pasar modal itu terjadi lantaran memang oknum penggoreng saham dinilai lihai mengelabui regulator.
"Aktifitas ini memang masih sangat sulit dikendalikan oleh regulator, ini juga yang pada akhirnya membenarkan prinsip dasar dari teori efesiensi market hipotesis, di mana market yang efesien itu hampir tidak ada di seluruh dunia sebab insider trading, perdagangan semu dan kejahatan lain masih marak terjadi," tuturnya.
(dna/dna)