Roller coaster, bisa dibilang analogi yang tepat untuk menggambarkan kondisi pasar modal saat ini. Kemarin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk 6,5, hari ini mantul ke zona hijau.
Banyak hal yang bikin kondisi pasar saham membuat pelakunya 'jantungan'. Mulai dari perang dagang, dampak virus corona secara global, hingga yang saat ini anjloknya harga minyak dunia lantaran perang harga yang dilakukan Arab Saudi dan Rusia.
Direktur Utama PT Danareksa Investment Management (DIM), Marsangap P. Tamba menilai kondisi ketidakpastian yang membuat investor deg-degan ini masih akan terus berlanjut hingga ada suatu kepastian. Kepastian yang dimaksud adalah keluarnya data perekonomian, khususnya pertumbuhan ekonomi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang, turunnya IHSG jika dilihat dari sisi lain cukup menggiurkan. Banyak saham yang harganya sudah murah. Namun menurut Marsangap masuk ke pasar saham saat ini masih terlalu berisiko.
"Kalau dibilang murah itu to early. Karena sampai sekarang belum ada yang confirm penurunannya sampai mana. Kita DIM tidak akan agresif beli di harga sekarang sampai kita lihat pertumbuhan ekonomi kuartal I kelihatan angkanya," tuturnya di Penang Bistro Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Baca juga: 251 Saham Hijau, IHSG Terkerek ke 5.255 |
Marsangap menilai secara jangka pendek fluktuasi di pasar saham masih tinggi. Pelaku pasar juga masih menunggu data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 keluar.
"Tapi data kuartal I keluar akhir April atau Mei. Lalu nanti pasar masih mencerna dulu data makro kuartal I. Makanya swing terbesar akan terjadi di kuartal II," tambahnya.
Jika pertumbuhan ekonomi tidak seburuk yang diperkirakan, atau masih di atas 5%, kemungkinan pasar saham akan rebound. Di situlah waktu yang tepat untuk belanja saham.
"IHSG yang paling besar kan di perbankan. Perbankan kan masih bagus, pertumbuhan kredit juga masih high single digit. Investor akan melihat apakah benar kondisi ekonomi sangat melambat," tuturnya.
Baca juga: Alasan 12 BUMN Buyback Saham Rp 8 T |
(das/fdl)