Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan anjloknya rupiah terimbas arus dana asing keluar dari Indonesia. Banyak negara mengalami kondisi serupa sehingga nilai tukarnya pun jeblok.
"Devisa yang menurun karena ekspor atau pariwisata merosot ini terjadi di berbagai negara dengan tingkat yang berbeda. Dengan gejolak bursa dan keuangan ini tentu pengaruh ke Indonesia ekonominya. Nilai tukar kita koreksi tapi rebound, namun ini volatilitas yang cukup tajam yang harus meningkatkan kewaspadaan kita semua," ujar Sri Mulyani saat jumpa pers APBN Kita melalui video conference, Jumat (17/4/2020).
"Volatilitas tajam terjadi pada Maret lalu ini harus dipantau secara hati-hati pada April dan Mei ini dari sisi perkembangan gejolak di pasar uang baik dalam negeri maupun luar negeri. Net foreign buying negatif untuk saham," tambahnya.
Menurut Sri Mulyani, gejolak di pasar keuangan ini membuat banyak investor dan pelaku pasar keuangan panik. Akibatnya terjadi arus dana keluar hasil penjualan surat berharga dan investasi lainnya.
"Ini sebabkan mengapa 100 negara minta bantuan IMF karena capital outflow memukul balance of payment kita. Dari sisi pariwisata sebabkan semua negara alami tekanan, cadev merosot dan permintaan masih tinggi," ucapnya.
Simak Video "Video Ketua MPR soal Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu Per USD: Momentum Tingkatkan Ekspor"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/hns)