Kepala ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengungkapkan situasi kerusuahan yang ada di AS ini membuat persoalan yang dihadapi pemerintah AS makin ruwet di saat dampak pandemi COVID-19 belum tuntas.
"Meluasnya sentimen negatif publik hingga ke beberapa state di AS dengan menjalarnya tindakan unjuk rasa atau demonstrasi anarkis berpotensi menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah AS dan otoritas keamanan," kata dia.
Kemudian, jelang pilpres AS di November mendatang tentu saja menambah persoalan yang dihadapi AS makin kompleks seperti ekonomi, pengangguran, kesehatan, politik, hukum dan geopolitik.
Menurut dia, respon pasar bisa negatif karena aksi unjuk rasa sudah masuk hari kelima jelang keenam dan belum ada titik temu atau jalan keluar.
Dia menyebut yang dikhawatirkan adalah cara penyelesaian yang mungkin berlarut-larut dan bisa menyulut situasi di AS makin memburuk.
"Bursa AS bisa tertekan, pun dengan indeks dolar AS tertekan terhadap mata uang lainnya. Tentu saja Rupiah diuntungkan dengan situasi buruk di AS sehingga berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.750-Rp 14.850 per dolar AS," jelas dia.
Simak Video "Video: Cerita Korban Selamat Tornado Dahsyat AS: Pemandangan Menakutkan"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/hns)