Kasus Corona Kian Tinggi, Pasar Saham AS Gagal Pulih

Kasus Corona Kian Tinggi, Pasar Saham AS Gagal Pulih

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 14 Jul 2020 08:52 WIB
Gedung saham New York atau yang dikenal sebagai Bursa Saham Wall Street
Ilustrasi/Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka positif pada perdagangan kemarin, Senin (13/7/2020) setelah mengalami pergerakan negatif yang cukup lama akibat penyebaran virus Corona (COVID-19). Sayangnya, pada penutupan perdagangannya, pasar berubah lagi negatif.

Indeks pasar saham Dow Jones (INDU) dibuka positif dengan melonjak ke 563 poin, namun ditutup dengan 11 poin. Sementara indeks pasar saham S&P 500 (SPX) sempat naik 1,6% di pembukaan, tapi turun sekitar 0,9% pada penutupan pasar. Indeks pasar saham Nasdaq (COMP) juga sempat naik 1,9%, namun ditutup turun 2,1%.

Sesi perdagangan yang berujung negatif itu juga berimbas pada beberapa saham yang rentan naik-turun seperti Tesla yang sempat naik 14% di pembukaan, namun ditutup dengan angka kenaikan hanya 1% pada perdagangan kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir CNN, Selasa (14/7/2020), penyebab utama pasar kembali negatif ialah keputusan pemerintah bagian California yang melarang bar, restoran, bioskop, dan sebagainya untuk buka.

Padahal, beberapa stimulus moneter dan juga fiskal baik dari bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) maupun Kongres AS diprediksi memberikan perbaikan pada perekonomian Negeri Paman Sam tersebut. Stimulus tersebut antara lain pinjaman modal bisnis, pembelian aset, dan sebagainya.

ADVERTISEMENT

Namun, ketika aktivitas ekonomi dibuka kembali, kasus Corona terus mencatat rekor baru setelah berbulan-bulan mengalami perbaikan. Kondisi ini memaksa para pemerintah negara bagian dan juga kota untuk memikirkan lagi rencana pembukaan kembali mereka.

Di sisi korporasi, penghasilan perusahaan di kuartal II-2020 diprediksi menjadi yang terburuk sejak krisis keuangan 2008. Bahkan, analis Wall Street memprediksi penghasilan perusahaan akan anjlok 45%. Sebut saja JPMorgan Chase (JPM), Bank of America (BAC), dan Citigroup (C). Laba perusahaan-perusahaan kelas dunia tersebut diprediksi jatuh hingga 50% atau lebih.




(ara/ara)

Hide Ads