Miliarder, Leon Cooperman menilai bahwa pasar saham Amerika Serikat (AS) saat ini terlalu tinggi dan itu berdampak kepada sejumlah risiko. Utang nasional negara yang tumbuh pesat adalah salah satu kekhawatiran terbesar Cooperman di tengah pandemi virus Corona.
"Pasar saham AS tidak mengakui risiko yang kita hadapi dari hubungan dengan China yang memburuk, peningkatan luar biasa dalam utang, tentu saja utamanya ialah masalah virus," kata Cooperman, dikutip dari CNN, Selasa (21/7/2020).
Alih-alih mengurangi defisit, Presiden AS Donald Trump malah mengarahkan pemerintah menumpuk lebih banyak utang untuk membayar potongan pajak besar-besaran. Kini AS memasuki krisis di tengah pandemi virus Corona dengan utang yang membengkak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Defisit tumbuh pada tingkat jauh melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi. Berarti lebih banyak pendapatan negara yang harus digunakan untuk membayar utang. Hal itu akan menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang," jelas Cooperman.
Baca juga: Chevron Mau Akusisi Noble Energy Rp 70 T |
Cooperman juga mengatakan perang dagang antara AS dan China juga mempengaruhi pasar saham. Dia menjelaskan bahwa enam bulan lalu pasar saham AS terpaku dengan kerja sama AS dan China.
"Jika ada berita baik di China, pasar akan reli, dan jika ada berita buruk di China, pasar turun. Sekarang, berita tentang China menjadi sangat negatif dan pasar mengabaikannya sama sekali," katanya.
Pasar saham AS telah bergejolak dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu dipicu lonjakan kasus virus Corona, kebangkrutan perusahaan, penutupan toko, angka pengangguran yang meningkat dan dampak lainnya yang mempengaruhi laju ekonomi.
Saat ini keberhasilan pasar saham tergantung bagaimana penanganan upaya dari dampak krisis virus Corona. Selain itu penanganan tumpukan utang negara harus segara diringankan untuk menghindari pertumbuhan ekonomi yang diprediksi akan melambat ke depannya.
(ara/ara)