Saham produsen mobil listrik Tesla anjlok 21,06% Selasa lalu dan menjadi kerugian terburuk pada catatan perusahaan. Hal itu terjadi setelah Tesla didepak dari indeks saham Amerika Serikat S&P 500.
Dikutip dari CNBC, Rabu (9/9/2020) pekan lalu, Komite Indeks S&P 500 memutuskan berhenti memasukkan Tesla dalam indeks sahamnya. S&P 500 memutuskan untuk menambahkan situs e-niaga Etsy, pembuat peralatan uji otomatis Teradyne dan perusahaan farmasi Catalent.
Saham Tesla pun hari itu langsung turun lebih dari 7% setelah beberapa jam berita didepaknya dari indeks saham S&P 500. Namun, beberapa investor masih mengharapkan Tesla dimasukkan kuartal ini, setelah melaporkan profitabilitas kuartal keempat berturut-turut pada Juli lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah beberapa hari, saham Tesla anjlok pada penutupan Selasa kemarin. Akhirnya membuat valuasi pasarnya menurun sekitar US$ 82 miliar setara Rp 1.200 triliun (kurs Rp 14.700). Kini nilai pasar Tesla menjadi US$ 307,7 miliar (Rp 4.500 triliun). Padahal tahun ini saham Tesla naik 300% dan nilai pasarnya melampaui produsen mobil terbesar dunia Toyota dan Volkswagen.
Saat di tengah kekhawatiran valuasi Tesla telah mencapai level rendah. Raksasa investasi teknologi Jepang SoftBank dikabarkan akan membeli miliaran dolar saham dari perusahaan teknologi besar, termasuk Tesla, Amazon, Microsoft dan Netflix. Pembelian saham itu berpotensi meningkatkan valuasi perusahaan yang sahamnya dibeli SoftBank.
Akhir bulan lalu Tesla telah membagi sahamnya menjadi 5. Upaya itu membuat nilai perusahaan naik meski tidak berpengaruh ke saham perusahaan.
Namun, beberapa hari kemudian saham Tesla anjlok setelah Baillie Gifford, pemegang saham terbesarnya, memangkas kepemilikannya di Tesla. Baillie Gifford mengatakan pengurangan kepemilikan hanya karena pembatasan portofolio.
Sementara itu, Nikola start-up kendaraan listrik yang bersaing dengan Tesla mengungkapkan bahwa General Motors telah setuju untuk mengambil 11% saham di perusahaan tersebut.
Sebagai bagian dari kesepakatan, GM akan memproduksi truk pikap elektrik sel bahan bakar hidrogen Nikola, Badger, pada akhir 2022. Saham Nikola melonjak sekitar 29% dalam perdagangan pra-pasar sementara GM melonjak 6%.
(zlf/zlf)