Bukan rahasia lagi, pengusaha nasional Hary Tanoesoedibjo mengawali kejayaannya dari pasar modal. Melalui perusahaan sekuritas miliknya dulu, Bhakti Investama, Hary Tanoe mampu membangun kerajaan bisnis MNC Group.
Pria yang menjabat sebagai Executive Chairman MNC Group itu mengaku sudah terjun di pasar modal sejak tahun 1989. Saat itu bisa disebut pasar modal masih zaman jahiliyah, semuanya serba manual, termasuk transaksi saham.
"Saya ini memang sejarah juga di pasar modal. Saya pasar modal dari tahun 89. Jadi dari perusahaan sekuritas Bhakti Investama awalnya masih pake manual," tuturnya dalam webinar Inspiration Talk dengan tema Digitalisasi di Pasar Modal Indonesia, Kamis (17/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Menyoal RCTI Gugat UU Penyiaran |
Hary Tanoe menceritakan, saat itu pencatatan transaksi masih manual menggunakan papan tulis. Dia pun berkelakar, jika memiliki badan yang lebih tinggi maka dialah yang bisa bertransaksi lebih dulu.
"Di bursa pakai papan tulis putih, tulis pakai spidol. Jadi yang tinggi pasti yang menang duluan, karena bisa nulis lebih cepat," terangnya.
Saat itu kepemilikan saham juga masih menggunakan warkat fisik. Hal itulah yang menurutnya menjadi celah bagi pelaku pasar melakukan kecurangan seperti pemalsuan warkat. Sebab pemecahan kepemilikan warkat saham hanya menggunakan dokumen fotocopy dengan pengesahan paraf.
"Jadi kalau jual Rp 1.000 saham tapi sertifikat kita Rp 10.000 itu kita fotocopy. Terus yang fotocopy-nya kita coret Rp 10.000 ganti jadi Rp 1.000 kita paraf. Terus kita punya yang asli Rp 10.000 kita kita coret jadi Rp 9.000. Banyak sekali pemalsuan," terangnya.
Namun akhirnya pada 1993, Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai menerapkan scriptless atau kepemilikan saham tanpa warkat. Bahkan seiring berkembangnya waktu, saat ini transaksi saham sudah banyak menggunakan aplikasi online trading.
(dna/dna)