Rolls-Royce Incar Rp 38 T Lewat Rights Issue

Rolls-Royce Incar Rp 38 T Lewat Rights Issue

Tim detikcom - detikFinance
Selasa, 27 Okt 2020 22:45 WIB
Rolls-Royce Aerospace
Foto: (Rolls Royce/CNN): Rolls-Royce Aerospace
Jakarta -

Pemegang saham di Rolls-Royce RR.L Inggris menyetujui penerbitan saham baru (rights issue) senilai 2 miliar pound (US$ 2,61 miliar) atau sekitar Rp 38 triliun. Langkah ini akan meningkatkan keuangan perusahaan di tengah pandemi COVID-19 yang menghentikan aktivitas penerbangan.

Mengutip Reuters Selasa (27/10/2020), keputusan tersebut meningkatkan total likuiditas grup sebesar 5 miliar pound dengan membuka opsi utang tambahan, termasuk 2 miliar pound dari obligasi yang diterbitkan awal bulan ini dan tambahan 1 miliar pound dari pinjaman bank selama dua tahun.

Maskapai penerbangan membayar Rolls-Royce berdasarkan berapa jam mesinnya terbang. Berkurangnya penerbangan selama pandemi COVID-19 telah membuat keuangan perusahaan tersebut di bawah pengawasan ketat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah pernyataan yang diterbitkan pada hari Selasa menunjukkan bahwa 99,5% pemegang saham menyetujui rencana penerbitan saham baru. Saham Rolls-Royce diperdagangkan turun 1% pada 223 pence, kemudian mengalami kenaikan 2% segera setelah pertemuan tentang rencana right issue tersebut.

Berdasarkan ketentuan rights issue, investor dapat membeli 10 saham baru untuk setiap tiga saham yang mereka miliki masing-masing dengan harga 32 pence, diskon 41% dari harga ex-rights teoritis.

ADVERTISEMENT

CEO Rolls-Royce Holdings Warren East mengatakan pada pertemuan pada hari Selasa bahwa perusahaan benar untuk melanjutkan kenaikan ekuitas, daripada menunggu.

"Kami tidak ingin mempertaruhkan bisnis dan kepentingan pemegang saham kami dengan mempertaruhkan seperti apa situasinya di pertengahan tahun depan," ujar Warren East dikutip dari Reuters, Selasa (27/10/2020).

Investor mendukung rencana East untuk membantu perusahaan mengatasi COVID-19 melalui pemotongan biaya 1,3 miliar pound, termasuk memangkas 9.000 pekerjaan dan menutup pabrik untuk menyesuaikan dengan permintaan yang lebih rendah dari pelanggan maskapai penerbangan yang terbang dengan mesin Rolls pada Boeing 787 dan Airbus 350s.

(hns/dna)

Hide Ads