Perusahaan farmasi raksasa Amerika Serikat (AS), Pfizer mengajukan penjualan saham perusahaan senilai jutaan dolar. Hal itu dilakukan sejak pihaknya mengumumkan tentang vaksin virus Corona (COVID-19).
Seperti diketahui, baru-baru ini Pfizer dan perusahaan obat Eropa, BioNTech mengumumkan vaksin yang dikembangkannya telah efektif 90% untuk mencegah penyakit tersebut.
Berdasarkan laporan Securities and Exchange Commission yang dilansir dari CNN, Kamis (12/11/2020), CEO Pfizer Albert Bourla menjual 132,508 saham Pfizer (PFE) dengan harga US$ 41,94. Itu berhasil menghasilkan hampir US$ 5,6 juta atau setara Rp 78,4 miliar (kurs Rp 14.000/US$).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang juru bicara Pfizer mengatakan penjualan itu terjadi karena saham Pfizer mencapai harga yang telah ditentukan sebagai bagian dari rencana yang disahkan oleh Bourla pada 19 Agustus 2020 lalu.
Pejabat Pfizer lainnya dari Wakil Presiden Eksekutif, Sally Susman juga mengatakan alasan jual saham sebagai bagian dari rencana yang telah diatur sebelumnya. Susman menjual 43.662 saham dengan harga US$ 41,94 atau sama dengan yang dijual Bourla, sebuah transaksi bernilai lebih dari US$ 1,8 juta.
Saham Pfizer melonjak hampir 8% pada hari Senin dan datar pada hari Selasa. Saham BioNTech (BNTX) telah rally lebih tajam, naik 15% pada hari Senin dan 8% pada hari Selasa. Saham Pfizer turun lebih dari 1% pada hari Rabu.
Penjualan saham Pfizer terjadi hanya beberapa bulan setelah eksekutif di Moderna (MRNA), bioteknologi yang juga mengerjakan vaksin COVID-19 menjual saham setelah rilis hasil uji coba yang menjanjikan. Kritikus menuduh Moderna melebih-lebihkan hasil uji coba vaksin, tetapi perusahaan tetap mengumpulkan US$ 1,3 miliar dalam penjualan saham setelah pengumuman uji coba vaksin.
Eksekutif kemudian menjual saham Moderna senilai puluhan juta dolar sebelum harga saham perusahaan anjlok seminggu kemudian. Beberapa mantan pejabat SEC meminta Moderna untuk diselidiki atas potensi manipulasi pasar ilegal.
(fdl/fdl)