Pembatasan di pusat perbelanjaan kembali diterapkan di tengah rencana pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan baru. Saham-saham perusahaan ritel pun diprediksi akan berguguran.
Menurut analis dari LBP Institute Lucky Bayu Purnomo dengan pengetatan pusat perbelanjaan toko-toko ritel di dalamnya jelas akan mengganggu operasional bisnisnya. Hal itu bisa menjadi sentimen negatif untuk saham-saham emiten ritel.
"Kalau status zona ditingkatkan, apalagi malnya diketatkan, mereka yang usaha di mal itu kan akan ikuti. Maka mereka akan terganggu kan operasionalnya. Ini yang jadi sentimen negatif," kata Lucky kepada detikcom, Rabu (6/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, di tengah situasi yang tidak pasti seper
ti ini pelaku pasar pun tidak akan bergairah membeli saham ritel meskipun harganya murah. Apalagi di tengah sentimen pembatasan baru di pusat perbelanjaan.
"Walaupun emiten atau harga saham ritel murah, tapi berikan apresiasi belum memadai karena sentimennya masih terlalu buruk," kata Lucky.
Sementara itu, Direktur Utama PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai pembatasan sosial akan mempelambat kegiatan ekonomi. Meski begitu dia yakin, sentimen negatif tidak akan besar dirasakan saham industri ritel.
Hans menilai pemberlakuan PSBB selama ini pun masih banyak longgarnya, sehingga pelaku usaha masih bisa melakukan kegiatannya meskipun terbatas.
"Memang pembatasan ini membuat banyak orang melihat ini sebagai sebuah perlambatan ekonomi. Tapi penurunan nggak akan besar karena pengalaman PSBB yang lalu tetap longgar," kata Hans kepada detikcom.
Lain lagi kalau pembatasan baru ini termasuk di pusat perbelanjaan dilakukan dengan sangat ketat. Pelarangan makan di tempat hingga penutupan mal bisa jadi sentimen negatif bagi saham perusahaan ritel.
"Nah kalau pembatasan di mal ketat sekali seperti di Maret, larangan orang makan di tempat atau tutup permanen malnya semua misalnya, itu jelas akan berat," kata Hans.
Adapun Hans dan Lucky membeberkan beberapa saham yang akan berpotensi terdampak kebijakan ini. Mulai dari Matahari Departement Store dengan saham LPPF, Mitra Adi Perkasa dengan saham MAPI, Matahari Putra Prima dengan saham MPPA, hingga Ace Hardware dengan saham ACES.