Saham BUMI Masih Terus Nanjak usai Naik Gila-gilaan, Ini Penjelasannya

Saham BUMI Masih Terus Nanjak usai Naik Gila-gilaan, Ini Penjelasannya

Soraya Novika - detikFinance
Kamis, 14 Jan 2021 17:25 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali anjlok pada penutupan perdagangan sore hari. IHSG meluncur tajam 138,535 poin (3,21%) ke level 4.174,983.
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Belakangan ini, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terus menguat. Hari ini, saham BUMI dibuka dengan harga Rp 103 per lembar dan ditutup di level Rp 105 per lembar atau menguat 2 poin (1,94%).

Bahkan, pada perdagangan Rabu (13/1) kemarin, saham BUMI ini ditutup menguat hingga 33,77% atau bertambah 26 poin dari posisi penutupan sebelumnya Rp 77 ke level Rp 103 per lembar. Saham ini juga sempat menyentuh level auto reject atas (ARA) alias tidak bisa menguat lebih tinggi lagi.

Menurut Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi vaksinasi COVID-19 jadi pemicu utama menguatnya saham BUMI. Sebagaimana diketahui, vaksinasi di Indonesia baru sudah dimulai kemarin dan orang pertama yang menerima vaksin tersebut adalah Presiden Joko Widodo (Jokowi).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu memberi sentimen positif bagi kenaikan harga komoditas termasuk batu bara, emas, minyak, dan CPO hingga berpengaruh ke saham BUMI.

"Kenaikan saham Bakrie karena menguatnya harga komoditas. BUMI sendiri adalah perusahaan yang memiliki tambang batubara. Kontribusi penjualan batubara sebesar 99% dari total pendapatan BUMI. Sehingga dengan menguatnya menjadi katalis positif bagi BUMI karena ekspektasi kinerja pendapatan BUMI yang juga dapat meningkat," ujar Praktisi Saham dari EMTRade, Ellen May kepada detikcom, Kamis (14/1/2021).

ADVERTISEMENT

Harga batubara global sudah naik 80% sejak sempat menyentuh level terendahnya di bulan September 2020 dan berada di level US$ 87.30/ton. Kenaikan harga batubara didorong oleh permintaan dari China sebagai importir terbesar yang kegiatan manufakturnya sudah bangkit dilihat dari PMI yang sudah diatas 50 alias sudah ekspansi.

"Aktifnya industri manufaktur China akan meningkatkan kebutuhan listrik China dan berpotensi meningkatkan permintaan batubara," sambungnya.

Analisis saham saham BUMI lanjut di halaman berikutnya>>>

Hal yang sama juga terjadi pada saham milik Bakrie lainnya seperti BRMS dan ENRG yang terdorong oleh kenaikan harga komoditas. BRMS yang memiliki produk tambang metals terdorong oleh kenaikan harga emas, nikel dan zinc. ENRG sebagai penambang migas pun terdorong dari pulihnya harga minyak dan gas.

"Sebenarnya tidak cuma saham Bakrie yang naik. Saham-saham komoditas lain cenderung naik seiring vaksin dan harga harapan membaiknya ekonomi," tambahnya.

Hal serupa disampaikan oleh Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas.

"Penguatan harga lebih dikarenakan optimisme pasar dengan adanya vaksin yang mulai berjalan di beberapa negara termasuk Indonesia. Kemudian harga komoditas batubara juga dalam tren kenaikan. Jadi pasar berspekulasi ketika ada pemulihan ekonomi," kara Sukarno.

Meski begitu, secara fundamental BUMI sebenarnya masih belum menunjukkan perbaikan, posisi utang masih cukup tinggi. Namun, BUMI masih mampu membayar kewajibannya tersebut. Ini jadi pertimbangan lainnya bagi para investor berani menyerok saham emiten ini.

"Kalau dari segi fundamentalnya belum menunjukkan perbaikan. Kinerjanya turun drastis jadi rugi bersih akibat pendemi. Posisi utangnya juga tinggi. Tapi positifnya BUMI berusaha untuk terus membayar utangnya," terangnya.

Berdasarkan catatan EMTRade, pendapatan BUMI -22% YoY di kuartal III-2020. Pelemahan pendapatan BUMI didorong oleh penurunan penjualan batubara 21,8%.

Penurunan pendapatan membuat BUMI mencatatkan rugi US$ 137 juta, turun 263% YoY di kuartal III-2020. Faktor lain, beban bunga BUMI juga meningkat 30,7% YoY. Di sisi lain, rasio hutang dibanding ekuitas (DER) 7,0 kali, naik dari tahun 2019 sebesar 6,3 kali.

Valuasi BUMI saat ini PBV -1,47 kali akibat keuangan BUMI yang masih mencatatkan kerugian. Secara teknikal, trend saham BUMI sudah mulai naik dan saat ini support BUMI di 85. Risiko volatilitasnya masih sangat tinggi, jadi sebaiknya pemula lebih berhati-hati.


Hide Ads