Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan resmi menerbitkan obligasi negara ritel (ORI) seri 019 atau ORI019. Pembelian surat utang ini sudah bisa dilakukan hari ini hingga tanggal 18 Februari 2021.
Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan. Luky Alfirman mengatakan hasil dari penerbitan ORI019 ini akan dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan prioritas, salah satunya program vaksinasi COVID-19.
"Termasuk untuk upaya penanganan dan pemulihan dampak dari pandemi Covid, salah satunya program vaksinasi yang sedang dicanangkan pemerintah," kata Luky dalam acara Launching ORI019 secara virtual, Senin (25/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luky menyebut, pemerintah sudah melakukan kontrak pengadaan vaksin sebanyak 663,5 juta dosis vaksin. Proses vaksinasi di Indonesia sudah berjalan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi orang pertama yang disuntik.
Vaksin, menurut Luky menjadi penentu pemulihan ekonomi nasional dan penanganan pandemi COVID-19. Melalui ORI019, pemerintah berharap masyarakat bisa terlibat dengan membeli atau berinvestasi pada ORI019.
"Pengadaan vaksin sudah menjadi komitmen bersama dan pendanaannya tertuang dalam APBN 2021. Untuk itu saya mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam penerbitan ORI019 sebagai salah satu upaya bersama untuk pulihkan negeri bangkitkan investasi," ungkapnya.
Sementara Direktur Surat Utang Negara DJPPR, Deni Ridwan mengungkapkan ORI019 sebagai investasi yang harus dibeli masyarakat karena instrumen tersebut minim akan risiko. Baik dari risiko gagal bayar, risiko pasar, dan risiko likuiditas.
Untuk risiko gagal bayar, dia menjelaskan tidak akan terjadi karena UU APBN menjaminnya. Dengan begitu, risiko gagal bayar kupon menjadi tidak ada atau zero percent. Risiko pasar, dikatakan Deni sangat rendah.
Menurut Deni, saat ini semua suku bunga dari bank sentral di dunia pergerakannya masih berada di level yang rendah. Dengan kupon 5,57% maka ORI019 ini masih menarik untuk dimiliki.
"Dengan 5,57% ini masih menarik, kita sekarang dalam era subung rendah. Yang bisa jadi acuan adalah subung BI 7 days repo rate 3,75%, ini bisa jadi patokan untuk berbagai instrumen investasi apa saja yang ditawarkan dengan ORI019," jelasnya.
Sedangkan untuk risiko likuiditas, Deni mengatakan tidak perlu dikhawatirkan. Sebab, surat utang ini dapat dijual kembali sehingga mudah untuk dicairkan.
"Jadi risiko likuiditasnya rendah karena bisa diperjualkan di secondary market. Hampir sama seperti deposito, ada yang 3 bulan 6 bulan, dan kalau kita cairkan sebelum masa berakhir tentu ada pinalti. Beda dengan ORI, ketika sudah lewat holding periode bisa dijual anytime," jelasnya.