Bank Indonesia (BI) mencatat adanya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Apa penyebabnya?
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah sampai dengan 17 Maret 2021 terdepresiasi sekitar 2,62% dibandingkan posisi akhir 2020. Dia menegaskan bahwa penurunan itu masih lebih rendah dibandingkan negara berkembang lainnya.
"Relatif lebih rendah dari sejumlah negara emerging lain seperti Brazil, Meksiko, Korea Selatan, dan Thailand," ucapnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perry mengungkapkan pelemahan nilai tukar rupiah seiring dengan tren penguatan dolar AS. Hal itu juga dipengaruhi oleh kenaikan yield US Treasury (UST) yang kemudian menahan aliran masuk investasi portofolio asing ke pasar keuangan domestik.
"Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," tambahnya.
Paket stimulus fiskal yang disahkan oleh pemerintah AS sebesar US$ 1,9 triliun juga turut mempengaruhi pasar uang. Hal itu membuat pelaku pasar bereaksi karena percaya pemulihan ekonomi AS akan lebih cepat.
Lihat juga video 'Dolar AS 'Perkasa' Tapi Dibungkam Rupiah':