Jakarta -
Berinvestasi saham tak selamanya bisa membawa cuan buat para pemainnya. Tak jarang ada yang portofolionya kebakaran, bahkan ada juga yang sampai bunuh diri karenanya.
Menurut Chairman & President Asosiasi Perencana Keuangan IARFC (International Association of Register Financial Consultant) Indonesia, Aidil Akbar, kasus bunuh diri gegara rugi main saham sebenarnya bukanlah hal baru. Sebelumnya, sudah sering terjadi hal serupa.
"Kalau memang benar dia (bunuh diri karena) main saham, maka dia bukan korban pertama, karena dulu sebelum-sebelumnya sudah sering orang bunuh diri karena saham. Dan modusnya biasanya sama, mereka lompat dari gedung," ungkap Aidil kepada detikcom, Selasa (23/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebabnya bila dilihat dari kasus-kasus bunuh diri sebelumnya, tidak lain karena uang yang dipakai untuk main saham biasanya bukan uang pribadi. Biasanya uang yang dipakai adalah uang orang lain atau utang.
Untuk itu, Aidil mewanti-wanti masyarakat terutama yang baru mau terjun ke investasi saham untuk lebih mengenali dulu apa itu saham dan ilmu-ilmu dasar terkait investasi di pasar modal.
Selain itu, harus paham betul risiko-risiko terburuk yang bisa terjadi di pasar modal. Menurut Aidil, risiko terburuk saat berani investasi di pasar modal adalah kehilangan sebagian besar uang yang ditaruh di saham tersebut. Namun, menurut Aidil, kasus rugi besar seperti ini hanya terjadi pada saham-saham gorengan atau saham lapis ketiga.
"Kerugiannya ya bisa sebagian besar uangnya bisa hilang, semuanya juga bisa hilang, meskipun ada yang bilang, oh nilai saham paling kecil Rp 50, tapi kan itu tidak bisa dijual. Dijualnya harus di pasar nego, kalau di pasar nego kan berarti harganya kan tergantung yang mau beli saja, tapi ya sebetulnya uangnya bisa hilang 100% atau 99% lah bisa hilang," tuturnya.
Hal serupa disampaikan oleh Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas. Kerugiannya bisa sangat dalam, tapi lagi-lagi hal itu tergantung pada jenis saham yang dipilih. Biasanya kerugian di saham-saham blue chip atau lapis pertama masih bisa diperhitungkan dan masih ada kemungkinan untuk naik lagi dalam jangka panjang.
"Tergantung sahamnya. Untuk saham-saham yang tergolong big cap atau blue chip atau lapis pertama kerugiannya bisa diperhitungkan," terangnya.
Sebaliknya, kerugian paling dalam sering terjadi di saham-saham lapis kedua atau ketiga terutama saham lapis ketiga, kerugiannya bisa di atas 50%.
"Sedangkan untuk saham-saham yang market cap-nya kecil seperti saham lapis kedua dan ketiga bisa signifikan, lapis ketiga bisa di atas 50%," tuturnya.
Tips pertama yang perlu diterapkan bagi investor pemula adalah mengenali dulu apa itu saham dan ilmu-ilmu dasar lainnya tentang saham.
"Kalau mau main saham nomor satu yang harus ngerti dulu saham itu apa, kenapa main saham, tujuannya buat apa, yang dibeli saham apa, ngerti dulu fundamentalnya, teknikalnya, baru bisa bermain saham," ujar Aidil.
Hal lain yang perlu diingat adalah jangan pernah menggunakan selain uang dingin saat main atau investasi di saham. Apalagi pakai uang pinjaman atau utang.
"Jangan main saham menggunakan uang pinjaman, itu sudah pasti, yang banyak rugi dan bikin stress itu kan kalau pakai uang pinjaman, jadi ya jangan pakai pinjaman, pakai margin," imbaunya.
Bila, sudah terlanjur rugi membeli saham tertentu, cek lagi kinerja sahamnya. Apabila tidak memungkinkan untuk bisa tumbuh lagi, menurut Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas, ada baiknya dijual rugi secepatnya.
"Jika tidak memungkinkan untuk bisa tumbuh boleh dilepas saja," kata Sukarno.
Namun, jika ada kemungkinan untuk tumbuh dalam jangka panjang, ada baiknya ditahan dulu.
"Jika memiliki prospek kita bisa hold dan di saat kondisi teknikal sudah mulai ada sinyal untuk kembali tren bullish boleh akumulasi buy agar average buy jadi lebih rendah dan kita tidak harus menunggu lama untuk kembali harga BEP-nya (Break Even Point)," timpalnya.