Perusahaan biskuit milik keluarga Indonesia-Filipina, Monde Nissin berhasil membuat sejarah di pasar saham Filipina. Melalui salah satu produknya, mie instan Lucky Me! Monde Nissin berhasil mencatatkan penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) terbesar di Bursa Efek Filipina pada Selasa (1/6/2021) kemarin.
Dilansir dari CNN, Rabu (2/6/2021), perusahaan pembuat mie instan Lucky Me! ini berhasil mengumpulkan dana IPO sebesar 48,6 miliar peso Filipina atau sekitar US$ 1 miliar (setara dengan Rp 14,30 triliun, kurs Rp 14.300/US$). Menurut Dealogic, Moden Nissin berhasil melakukan penawaran umum perdana terbesar di negara tersebut, dan masuk dalam daftar perusahaan produsen makanan dan minuman terbesar di Asia Tenggara.
Menurut CEO Monde Nissin Henry Soesanto, sebagian besar dana IPO ini akan digunakan untuk meningkatkan produksi barang-barang konsumen perusahaan, terutama untuk produk makanan olahan daging Quorn. Quorn sendiri merupakan merek ayam 'tanpa daging' dari Inggris yang berhasil diakuisisi Monde Nissin pada 2015 seharga Β£550 juta atau sekitar US$ 847 juta pada saat itu, atau sekitar Rp 12 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami pikir (peningkatan) kapasitas sangat penting untuk dua hingga tiga tahun ke depan, setidaknya untuk tumbuh pada kecepatan yang sama dengan sektor ini," kata Soesanto dikutip dari CNN Business.
Selain itu Nissin juga berencana untuk meningkatkan penjualan merek mi instan miliknya di Asia, yang digambarkan sebagai 'bisnis inti' dari perusahaan itu sendiri.
Soesanto menjelaskan bahwa meski sudah lama menjadi pemimpin pasar mie instan di Filipina, riset menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Filipina dalam kategori tersebut masih relatif lebih rendah dibandingkan negara tetangganya seperti Indonesia dan Vietnam. Dia mengatakan rata-rata konsumen di sana hanya makan mie instan sekitar 36 bungkus per tahun, sedangkan konsumen di Indonesia dan Vietnam biasanya mengonsumsi sekitar 50 bungkus.
Dalam beberapa tahun ke depan, Soesanto berencana untuk meningkatkan ekspor produknya ke pasar-pasar yang ada di seluruh Amerika Utara, Eropa, Timur Tengah dan Asia, dan masuk ke negara-negara baru, termasuk Jepang, Indonesia dan Vietnam.
"Kami hanya ingin masuk ke konsumen, Mengapa beberapa konsumen tidak makan mie. Kami masih melihat potensi pertumbuhan," kata Soesanto.
Tonton juga Video: Demam Investasi saat Pandemi, Ada yang Untung dan Merugi