Deja Vu Saham Farmasi Terbang, Awas Jangan Mudah Tergiur!

Deja Vu Saham Farmasi Terbang, Awas Jangan Mudah Tergiur!

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 22 Jun 2021 13:52 WIB
Saham PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) melejit pada perdagangan Selasa (5/1/2021) gegara Raffi Ahmad dan Ari Lasso mempromosikannya.
Ilustrasi/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Kejadian yang hampir sama seakan terulang, kasus COVID-19 meningkat drastis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun, tapi saham-saham farmasi malah berterbangan.

Lalu apakah kejadian tahun lalu akan benar-benar terulang?

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas mengatakan bisa jadi kasus Corona yang meningkat tajam menjadi penyebab bergeraknya saham-saham farmasi. Namun menurutnya faktor yang lebih besar adalah pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan obat terapi COVID-19 bernama Ivermectin telah mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi secara tidak langsung saham-saham farmasi kompak dinaikkan oleh market maker," ucapnya saat dihubungi detikcom, Selasa (22/6/2021).

Namun Sukarno mengaku tak yakin saham-saham farmasi ini akan meningkat drastis seperti tahun lalu. Menurutnya penguatannya akan bersifat terbatas.

ADVERTISEMENT

Dia meminta pelaku pasar untuk tetap hati-hati dan jangan mudah tergiur melihat kenaikan saham-saham farmasi tersebut.

"Sepertinya ragu kalau untuk kembali kencang seperti tahun lalu. Kalaupun iya, diharapkan hati-hati saja. Karena hanya bersifat sementara. Jangan terlalu terpancing dengan kenaikan yang ekstrem, karena resiko penurunannya juga tinggi," tegasnya.

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali juga menilai penguatan saham-saham farmasi lebih terkait berita tentang obat Ivermectin.

"Obat Ivermectin yang digunakan sebagai terapi COVID-19 yang bisa diproduksi oleh Indofarma. Obat tersebut nantinya akan didistribusikan oleh perusahaan farmasi di tanah air," terangnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Dengan begitu, menurut Frederik seharusnya sentimen tersebut hanya akan mempengaruhi saham perusahaan farmasi BUMN dan anak-anak usahanya.

"Betul, mungkin juga kalau mau bicara dari peningkatan kasus COVID juga kaitanya dengan percepatan vaksinasi ya. Emiten farmasi yang dapat memproduksi vaksin bisa juga ada sentimen positifnya," tutupnya.

Seperti diketahui kemarin saham-saham di sektor farmasi yang naik sangat tinggi. Bahkan ada yang naik sampai menyentuh level auto reject atas (ARA)atau naik sampai batas atas.

Lalu bagaimana dengan hari ini?

Hingga pukul 13.25, saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) tercatat naik 180 poin atau 6,19% ke level Rp 3.090. Tadi pagi KAEF sempat naik hingga level Rp 3.400 namun turun lagi.

Saham PT Indofarma Tbk (INAF) juga naik 220 poin atau 8,53% ke level Rp 2.800. Tadi pagi INAF juga sempat naik tinggi hingga sentuh level Rp 3.120 namun kembali turun.

Saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) juga masih positif naik 35 poin atau 1,99% ke level Rp 1.815. Pagi tagi IRRA sempat menyentuh level Rp 2.050 dan penguatannya terus berkurang.

Namun saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang tercatat turun 40 poin atau -2,7% ke level Rp 1.440. Kemarin KLBF ditutup naik 8,82% atau 120 poin ke level Rp 1.480.


Hide Ads