PT Trimegah Karya Pratama Tbk atau Ultra Voucher segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan telah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 15 Juli 2021 dengan kode saham UVCR. Ultra Voucher merupakan perusahaan pelopor dan agregator voucher diskon digital.
"Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan regulator dan pihak penjamin serta seluruh pihak yang turut melancarkan proses ini, sehingga dapat mengawal Ultra Voucher menuju IPO," kata Direktur Utama Ultra Voucher Hady Kuswanto dalam keterangan tertulis, Senin (19/7/2021).
Hady mengatakan, OJK menetapkan saham UVCR sebagai efek syariah. Berdasarkan ketentuan regulator pasar modal, yang masuk efek syariah adalah saham dari perusahaan yang produk, jenis bisnis, jasa, dan akad beserta pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Jenis kegiatan bisnis perusahaan tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah seperti riba, judi, dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ultra Voucher telah menunjuk PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai Join Lead Underwriters (JLU) atau Penjamin Pelaksana Emisi Efek bersama PT NH Korindo Sekuritas Indonesia dan PT Surya Fajar Sekuritas.
Berdasarkan prospektus, Ultra Voucher menawarkan harga saham IPO UVCR di Rp 100 per saham. Dengan demikian, dana yang akan terkumpul ditargetkan sebesar Rp 50 miliar dari pelepasan 500 juta lembar saham atau 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Secara bersamaan, Ultra Voucher juga akan menerbitkan 250 juta waran seri I yang menyertai saham baru perseroan atau sebanyak-banyaknya 16,67%. Waran seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal penjatahan dengan ketentuan setiap pemegang 2 saham maka berhak memperoleh 1 waran seri I.
Chief Operating Officer Ultra Voucher Riky Boy Permata mengungkapkan dana yang diperoleh dari hasil IPO akan digunakan untuk pengembangan produk dan fitur sebagai bagian dari transformasi bisnis, serta penambahan channel distribusi melalui ekspansi hingga ke negara-negara di kawasan ASEAN.
"Transformasi bisnis yang akan kami lakukan yakni pengembangan produk yang lebih besar seperti everyday services salah satunya produk investasi. Selain itu kami akan ekspansi dengan membuka kantor cabang di luar Indonesia, yakni menyasar negara-negara di ASEAN," ujar Riky.
Berdasarkan prospektus, penggunaan dana hasil IPO UVCR akan digunakan yakni sekitar 36% untuk belanja modal termasuk pengembangan produk dan fitur, 34% untuk beban operasional termasuk penambahan sumber daya manusia, software, channel distribusi, dan 30% untuk peningkatan modal kerja termasuk pembelian persediaan voucher.
(fdl/fdl)