Beda Pandangan soal Saham Bukalapak, Investor Muda dan Tua Terpecah

Beda Pandangan soal Saham Bukalapak, Investor Muda dan Tua Terpecah

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 12 Agu 2021 12:29 WIB
Ilustrasi Bukalapak
Foto: detikINET/Anggoro Suryo Jati
Jakarta -

Masuknya PT Bukalapak.com Tbk ke pasar modal memberikan euforia tersendiri bagi para investor muda. Namun para investor tua justru memandang miring emiten berkode saham BUKA tersebut.

Sejak awal perusahaan mengumumkan secara resmi bahwa akan melakukan IPO, banyak pihak yang sudah membicarakannya. Bagaimana tidak, nilai IPO atau jumlah dana yang diraup perusahaan mencapai Rp 21,9 triliun.

Bukan hanya itu pada saat awal pencatatan, saham BUKA tembus ke level Rp 1.060. Dengan begitu kapitalisasi pasar BUKA mencapai Rp 109,25 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Balik ketika rencana IPO Bukalapak sedang hangat-hangatnya. Saat itu hampir semua mata pelaku pasar tertuju pada rencana aksi korporasi ini, namun seolah terbagi menjadi dua kubu.

Jika dilihat dari para pesohor investor pasar modal sebagian terutama yang tua cenderung skeptis memandang IPO Bukalapak. Ada berbagai alasan, tapi yang paling utama terkait fundamental perusahaan yakni kinerja keuangannya yang masih rugi.

ADVERTISEMENT

Mengutip CNBC Indonesia, salah satu investor paling sukses di pasar modal RI, Lo Kheng Hong juga pernah berpesan kepada para investor mengenai rencana IPO perusahaan teknologi. Saat itu masih beredar isu Bukalapak, GoTo, dan Tiket.com.

Dia memang tidak menyebut spesifik saham tertentu dari ketiga perusahaan tersebut. Hanya saja dia menekankan perlunya investor melihat fundamental calon emiten apapun yang ingin melantai di BEI.

"Perlu bagi calon investor untuk mempertimbangkan dan melihat lagi fundamental satu emiten," kata LKH.

Memang berdasarkan dokumen laporan keuangan Bukalapak tahun 2020 perusahaan masih rugi sebesar Rp 1,3 triliun. Namun, bila dibandingkan tahun sebelumnya rugi itu mengalami perbaikan.

Rugi Bukalapak di 2019 berlanjut ke halaman berikutnya.

Di tahun 2019 rugi Bukalapak lebih besar, mencapai Rp 2,8 triliun. Sementara itu, di tahun 2018 Bukalapak juga mengalami kerugian, jumlahnya mencapai Rp 2,2 triliun.

Di tahun 2020 Bukalapak sebenarnya memperoleh pendapatan sebesar Rp 1,3 triliun. Namun sayang Bukalapak masih memiliki beban yang juga sangat besar. Paling besar beban penjualan dan pemasaran dengan total Rp 1,5 triliun.

Beban terberat kedua untuk urusan umum dan administrasi sebesar Rp 1,4 triliun. Kemudian beban pokok pendapatan sebesar Rp 123 miliar, dan beban lainnya Rp 48 miliar. Beban-beban ini membuat Bukalapak mengalami rugi usaha sebesar Rp 1,8 triliun.

Di akhir 2020, Bukalapak mencatatkan aset sebesar Rp 2,5 triliun, jumlahnya naik dari tahun 2019 yang hanya mencapai Rp 2 triliun. Kemudian, total liabilitas Bukalapak di tahun 2020 sebesar Rp 985 miliar.

Namun para investor muda sekarang tutup kuping mendengar wejangan para investor tua itu. Ada yang bilang mereka terlalu fundamentalis dan kurang luwes. Komentar itu bisa dilihat dari berbagai forum dan media sosial.

Memang jika dilihat dari para junjungan investor muda ada yang ikut membeli saham BUKA. Misalnya Belvin, melalui akun instagramnya @belvinvip yang sudah memiliki 1,4 juta pengikut, dia sempat posting dirinya membeli saham BUKA.

Memang dalam postingannya, Belvin tidak mengajak pengikutnya untuk membeli saham BUKA. Namun dia lebih dari sekali posting tangkapan layar saat dirinya membeli saham BUKA. Dia juga memamerkan jumlah nilai saham BUKA yang dibeli.

Tapi juga juga sekali mengunggah tentang saham BUKA yang anjlok hingga menyentuh level auto reject bawah (ARB).


Hide Ads