Saham Bukalapak Bikin Investor Kepincut Meski Masih Rugi, Ini Penyebabnya

Saham Bukalapak Bikin Investor Kepincut Meski Masih Rugi, Ini Penyebabnya

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 12 Agu 2021 15:43 WIB
Rencana IPO Bukalapak
Foto: Rencana IPO Bukalapak (Denny Pratama/detikcom)
Jakarta -

Sudah dua hari saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) terus mengalami penurunan. Bahkan penurunan dalam dua hari berturut-turut ini hingga menyentuh level terendah auto reject bawah (ARB).

Sebelumnya saham BUKA mengalami kenaikan yang cukup fantastis. Di hari pertama IPO naik sampai menyentuh level auto reject atas (ARA). Bahkan di hari kedua saham BUKA sudah sempat naik hingga Rp 1.325, sedangkan harga penawarannya di level Rp 850.

Lalu apa sebenarnya yang membuat pelaku pasar banyak kepincut saham BUKA? Sementara jika dilihat dari fundamentalnya perusahaan masih mengalami kerugian. Jika dilihat di industri e-commerce, Bukalapak juga dinilai masih memiliki pesaing yang lebih besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menilai para pelaku pasar yang membeli saham BUKA cenderung karena berburu cuan sesaat saja. Mereka tidak memperdulikan potensi dari perusahaan itu sendiri.

"Sebenarnya bukan potensi, tapi untuk mengambil keuntungan di jangka pendek. Kenaikannya kan cuma beberapa hari, jadi mereka antre beli, terus naik ya ambil untung," ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (12/8/2021).

ADVERTISEMENT

Menurut Hans, saham BUKA memang tidak cocok untuk investasi jangka panjang. Beberapa hal menjadi pertimbangannya, termasuk dari sisi fundamental perusahaan.

Sementara Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memandang para pelaku pasar banyak yang terhipnotis dengan euforia rencana IPO Bukalapak sebelumnya. Gembar-gembor IPO perusahaan teknologi ini begitu nyaring hingga membuat banyak pelaku pasar kepincut.

"Sebelum IPO Bukalapak ini kan euforianya begitu heboh, pemberitaannya juga terus menerus, sehingga menarik banyak perhatian investor. Kehebohan IPO Bukalapak juga sampai ada yang membuat prediksi nilai saham wajar Bukalapak. Ada juga yang bilang ini e-commerce pionir di pasar modal pertama dan lain-lain. Nah buat investor pemula ini menjadi menarik," ucapnya.

Investor beli saham Bukalapak karena ikut-ikutan. Cek halaman berikutnya.

Reza menilai ada juga pelaku pasar yang membeli saham BUKA tidak dengan melalui perhitungan yang dilakukannya sendiri. Mereka cenderung membeli karena aksi korporasi ini ramai diperbincangkan.

"Mereka mungkin hanya ikut beli karena kehebohannya saja tanpa membuat perhitungannya sendiri," tuturnya.

Berdasarkan dokumen laporan keuangan Bukalapak tahun 2020 perusahaan masih rugi Rp 1,3 triliun. Namun, bila dibandingkan tahun sebelumnya rugi itu mengalami perbaikan.

Di tahun 2019 rugi Bukalapak lebih besar, mencapai Rp 2,8 triliun. Sementara itu, di tahun 2018 Bukalapak juga mengalami kerugian, jumlahnya mencapai Rp 2,2 triliun.

Di tahun 2020 Bukalapak sebenarnya memperoleh pendapatan sebesar Rp 1,3 triliun. Namun sayang Bukalapak masih memiliki beban yang juga sangat besar. Paling besar beban penjualan dan pemasaran dengan total Rp 1,5 triliun.

Beban terberat kedua untuk urusan umum dan administrasi sebesar Rp 1,4 triliun. Kemudian beban pokok pendapatan sebesar Rp 123 miliar, dan beban lainnya Rp 48 miliar. Beban-beban ini membuat Bukalapak mengalami rugi usaha sebesar Rp 1,8 triliun.

Di akhir 2020, Bukalapak mencatatkan aset sebesar Rp 2,5 triliun, jumlahnya naik dari tahun 2019 yang hanya mencapai Rp 2 triliun. Kemudian, total liabilitas Bukalapak di tahun 2020 sebesar Rp 985 miliar.


Hide Ads