Diobral! Ini 'Biang Keladi' yang Bikin Saham Bukalapak Anjlok

Diobral! Ini 'Biang Keladi' yang Bikin Saham Bukalapak Anjlok

Tim detikcom - detikFinance
Jumat, 13 Agu 2021 10:47 WIB
bukalapak
Foto: Aisyah Kamaliah/detikINET
Jakarta -

Pada dua hari belakangan saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mengalami penurunan yang cukup dalam. Dua hari berturut-turut pula saham BUKA turun hingga menyentuh batas auto reject bawah (ARB) 7%.

Kemarin saham BUKA ditutup terjun bebas dengan turun 6,76% ke level Rp 965. Saham BUKA tak bisa turun lebih jauh lagi karena sudah menyentuh batas auto reject bawah (ARB).

Pada Selasa 10 Agustus 2021 saham BUKA juga anjlok hingga ARB dengan berkurang 75 poin atau turun 6,76% ke level Rp 1.035.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penurunan saham BUKA itu tidak lepas dari aksi jual para investor asing yang memiliki saham tersebut. Tercatat sejak awal IPO net sell saham BUKA sudah mencapai Rp 2,02 triliun. Pertanyaannya siapa saja broker yang memfasilitasi penjualan berjamaah itu?

Mengutip CNBC Indonesia, Jumat (13/8/2021), broker yang paling getol menjual saham BUKA adalah PT Citigroup Sekuritas (CG). Tercatat sejak awal BUKA melantai di pasar modal pada Jumat pekan lalu, CG sudah menjual sebanyak 9,75 juta lot (setara 975 juta saham, 1 lot isi 100 saham) di harga rata-rata penjualan Rp 1.133/unit.

ADVERTISEMENT

Kemarin CG juga menjadi broker yang paling banyak menjual saham BUKA yakni sebanyak 4,89 juta saham dengan harga rata-rata penjualan berada di level Rp 965/unit. Citigroup sendiri bukan merupakan underwriter saham BUKA yang mendapatkan jatah mayoritas saham.

Menurut Tim Riset CNBC Indonesia, kemungkinan besar CG merupakan investor lama yang masuk sebelum IPO di mana terdapat 10% saham para investor lama yang tidak dikunci menurut prospektus yang diterbitkan oleh Bukalapak.

Memang ada kemungkinan bahwa sang investor yang menggunakan broker CG melakukan pembelian saham dari lead underwriter dan kemudian memindahkannya ke broker CG melalui jalur belakang alias backdoor.

Akan tetapi hal ini tidak lumrah terjadi mengingat, broker lead underwriter yang memberikan jatah saham kepada sang investor tentu saja berekspektasi bahwa sang investor akan melakukan transaksi di broker tersebut.

Lihat juga video 'Microsoft Akan Genjot Bukalapak Rp 1,46 T':

[Gambas:Video 20detik]



Berlanjut ke halaman berikutnya.

Dengan demikian, sang broker akan menerima keuntungan brokerage fee sebagai tambahan 'cuan' selain allotment fee karena telah memberikan jatah saham BUKA ke investor tersebut.

Maka dari itu kemungkinan besar investor yang menggunakan broker CG bukanlah investor yang masuk saat penawaran perdana namun merupakan investor lama saham Bukalapak yang sudah masuk sebelum perseroan melantai.

Nah, pertanyaan yang ada di benak para investor saat ini tentunya berapa sisa 'barang' (saham BUKA) yang dapat dijual oleh investor lama ini setelah mengobral saham BUKA selama 4 hari berturut-turut?

Menurut prospektus yang diterbitkan oleh perseroan, terdapat 22 entitas pemilik saham Bukalapak sebelum IPO yang sahamnya tidak dikunci.

Meskipun demikian 22 investor tersebut secara sukarela berkomitmen untuk mengunci 90% kepemilikan saham mereka agar tidak dapat dialihkan hingga 8 bulan ke depan.

Ke-22 investor ini tercatat memiliki total 28,57 miliar lembar saham Bukalapak yang artinya mereka hanya boleh menjual 2,85 miliar lembar saham Bukalapak atau 28,57 juta lot saham Bukalapak yang dapat ditransaksikan.

Tercatat sejak BUKA melantai Jumat silam terdapat 6 broker non underwriter yang getol melakukan aksi jual bersih masif.

Broker-broker tersebut adalah PT Citigroup Sekuritas (CG) yang 'mengguyur' 9,75 juta lot, PT DBS Vickers Sekuritas (DP) yang melepas 2,22 juta lot, PT Credit Suisse Sekuritas (CS) yang menjual 2,07 juta lot, PT JP Morgan Sekuritas (BK) yang melego 1,28 juta lot, PT Verdhana Sekuritas yang mengobral 1,14 juta lot, dan PT CGS CIMB Sekuritas (YU) yang menjual 2,3 juta lot.

Secara total keenam sekuritas tersebut sudah menjual bersih sebanyak 17,54 juta saham BUKA sehingga apabila berpatokan terhadap jumlah saham milik investor lama yang dapat diperdagangkan yakni sebanyak 28,57 juta lot maka masih tersisa sekitar 11,03 juta lot saham BUKA milik pemegang saham lama.

Tentu saja angka ini berasumsi bahwa memang pemegang saham lama lah yang melepas saham BUKA melalui 6 broker non underwriter tersebut, bukan pemegang saham baru yang masuk melalui penawaran umum.

Ini pun diasumsikan pula seluruh pemegang saham lama ini siap menjual 10% kepemilikan saham yang dapat diperdagangkan dalam 8 bulan ke depan tersebut setelah cuan besar karena mendapatkan saham BUKA di bawah harga IPO.

Sebagai informasi, selain 22 investor yang mengunci secara sukarela 8 bulan, masih ada 32 pemegang saham lainnya, termasuk pemegang saham lainnya yang terdiri dari 204 pemegang saham perorangan yang merupakan karyawan atau ex-karyawan perusahaan. Mereka ini merupakan pemegang saham yang wajib untuk me-lock up kepemilikan sahamnya di perusahaan sesuai dengan POJK No. 25 Tahun 2017 (6 bulan kunci).


Hide Ads