Toko Online Pada Nyusul Bukalapak IPO, Investor Eksisting Mau Cabut?

Toko Online Pada Nyusul Bukalapak IPO, Investor Eksisting Mau Cabut?

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 31 Agu 2021 10:02 WIB
Direktur Bursa Efek Indonesia Ito Warsito (kanan) menjelaskan kepada Presdir PT. Puradelta Lestari Tbk. Teky Meiloa (kedua kanan), Wakil Presdir Mashiro Koizumi (kiri) dan Direktur Independen Tondy Suwanto saat pencatatan saham PT Puradelta Lestari di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (29/5). PT Puradelta Lestari Tbk, perusahaan pembangunan perumahan, komersial dan pengusahaan kawasan industri, melepas sebanyak 4.819.811.100 saham atau 10% dari modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan harga Rp. 210 per lembar saham. Agung Pambudhy/Detikcom.
Toko Online Pada Nyusul Bukalapak IPO, Investor Eksisting Mau Cabut?
Jakarta -

Setelah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) berhasil melantai di pasar modal, para e-commerce dan perusahaan teknologi berbasis aplikasi dikabarkan mulai mengantre untuk melakukan IPO di Indonesia. Kabar yang paling baru datang dari Blibli.

Memang euforia saat Bukalapak IPO begitu besar. Namun euforia itu pula yang membuat saham Bukalapak bergejolak. Setelah sempat menguat di beberapa hari awal, saham BUKA terus turun bahkan hingga ke level di bawah harga IPO dan sekarang kembali normal.

Lalu apakah perusahaan sejenis yang akan melakukan IPO akan bernasib sama?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas meyakini bahwa yang terjadi di saham BUKA beberapa waktu lalu memang tengah dilakukan aksi jual oleh pemegang saham eksisting. Bahkan menurutnya mereka memanfaatkan euforia investor ritel.

"Iya asing trus jual sebagai bagian dari exit strategy dalam memanfaatkan minat investor ritel," ucapnya kepada detikcom, Selasa (31/8/2021).

ADVERTISEMENT

Dia mengatakan, bisa saja hal yang sama kembali terjadi. Sebab dia melihat penurunan saham BUKA sebagian besar akibat keluarnya investor asing. Sehingga banyak yang menduga IPO Bukalapak hanyalah exit strategy dari investor eksisting.

Seperti diketahui saham Blibli sendiri dimiliki oleh GDP Venture, sebuah perusahaan modal ventura punyanya Djarum Group. Meski bukan pihak asing, namun menurutnya bisa saja pemilik saham eksisting hendak keluar atau malah sebaliknya menambah kepemilikan jika valuasinya murah.

"Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi. Bisa jadi asing mengambil kesempatan exit strategy atau asing bisa tambah jika penilaiannya calon emiten ini valuasinya murah dan dinilai memiliki prospek," terangnya.

Namun yang pasti menurut Sukarno, dengan jumlah emisi yang besar seperti yang ada di Bukalapak, akan dibutuhkan modal yang besar pula untuk menjaga kenaikan harga sahamnya di pasar nanti.

"Ditambah lagi banyak kepentingan atau banyak perbedaan pandangan terkait kapan waktu jual dan beli jadi sangat sulit untuk kita memperkirakan ke depannya," ucapnya.

Lihat juga video 'BPOM Take Down Hampir 50.000 Situs Toko Online Jual Obat Corona':

[Gambas:Video 20detik]



Sementara SVP Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial lebih melihat dari prospek e-commerce di Indonesia yang masih sangat besar. Mengingat size digital ekonomi Indonesia pada 2025 disebut-sebut bisa tumbuh ke US$ 150 miliar dan transaksi digital tumbuh ke US$ 1,2 triliun untuk wilayah ASEAN.

"Namun itu semua tergantung kepada ekosistem dari perusahaan e-commerce tersebut. GoTo, Bukalapak, Blibli yang sangat luar biasa ekosistemnya dan menghasilkan multiplier ekonomi efek toward Indonesia economy," ucapnya.

Memang perusahaan teknologi seperti itu masih identik dengan bakar uang. Namun jika mereka memiliki amunisi hal itu tetap bisa dilakukan hingga mereka bisa mencapai titik impasnya.

"Merger Tokopedia dan Gojek nilainya juga luar biasa, US$ 18 miliar. IPO BUKA juga US$ 1,5 miliar. Dari total kedua transaksi tersebut dan itu jelas-jelas dibelakangnya investor asing kok. So prospek IPO perusahaan berbasis teknologi akan semakin ramai ke depan. Apalagi likuiditas juga masih melimpah ruah," tutupnya.


Hide Ads