Kasus Evergrande Bisa Picu Krisis Seperti Lehman Brothers?

Kasus Evergrande Bisa Picu Krisis Seperti Lehman Brothers?

Siti Fatimah - detikFinance
Selasa, 21 Sep 2021 17:00 WIB
Evergrande
Foto: Dok. Istimewa
Jakarta -

Saham Asia terguncang dengan adanya krisis yang menimpa perusahaan properti asal China. Hari ini, saham Asia masih bervariasi efek dari kondisi Evergrande yang turut memberi dampak pada pasar global.

Evergrande saat ini tengah berupaya untuk melunasi bunga US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun dan utang dengan jumlah fantastis, yaitu lebih dari US$ 300 miliar atau setara dengan Rp 4.275 triliun (kurs dolar Rp 14.274). Pemerintah telah memperingatkan hal itu dapat mempengaruhi sistem keuangan negara.

Mengutip dari BBC, Selasa (21/9/2021), indeks Nikkei 225 Jepang ditutup 2,2% lebih rendah, hal yang sama juga terjadi pada indeks Hang Seng Hong Kong turun lebih dalam dari sebelumnya menjadi 0,5%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegelisahan di antara pasar juga datang karena ekonomi global masih belum pulih dari dampak virus corona. Pada hari Senin (20/9) kemarin indeks Dow Jones di AS berakhir lebih rendah 1,8%. Diikuti Eropa dengan indeks Dax Jerman kehilangan 2,3%, dan Cac 40 di Prancis turun 1,7%. Meskipun jatuh baru-baru ini, Nikkei Jepang naik hampir 30% dibandingkan tahun lalu.

Michael Hewson dari CMC Markets mengatakan, potensi kebangkrutan Evergrande memberikan rasa takut akan momen yang terjadi di tahun 2008 yaitu bangkrutnya Lehman Brothers yang memicu krisis ekonomi global.

ADVERTISEMENT

"Ketakutan akan kebangkrutan Evergrande tampaknya mengarah pada kekhawatiran tentang momen Lehman (Brothers) di seluruh kawasan," kata Hewson.

Selain itu, ada banyak kekhawatiran para investor. Investor juga khawatir bahwa Federal Reserve AS, yang bertemu pada hari Selasa dan Rabu, akan mengkonfirmasi rencana untuk mengurangi dukungan untuk ekonomi AS tahun ini.

Saham global telah reli (kenaikan harga saham) ketika ekonomi dibuka kembali. Sementara bank sentral telah menyediakan triliunan dolar untuk memberikan dukungan pertumbuhan.

Lihat juga video 'Jokowi Sopiri Puan di Peresmian Pabrik Industri Baja Krakatau Steel':

[Gambas:Video 20detik]



Ahli strategi di Morgan Stanley mengatakan, pihaknya memprediksi akan terjadi koreksi sebesar 10% dalam indeks S&P 500 Amerika karena The Fed mulai melepaskan dukungannya. Mereka menambahkan bahwa tanda-tanda pemulihan dapat memperdalam penurunan itu hingga 20%.

Namun, Kepala Strategi Pasar di TD Ameritrade, JJ Kinahan berpendapat lain. Dia mengatakan, September merupakan bulan yang buruk bagi saham.

"Secara keseluruhan, September terus mempertahankan reputasi buruknya sebagai bulan terlemah dalam sejarah. Tapi itu tidak berarti tidak bisa rebound," kata Kinahan.

"Sebagian besar investasi adalah tentang memilah-milah sinyal dan kebisingan. Meskipun ada kekhawatiran tentang situasi Evergrande yang menginfeksi pasar global, untuk investor jangka panjang, situasi ini mungkin hanya kebisingan," pungkasnya.


Hide Ads