Mata uang Turki, lira, mengalami lonjakan nilai yang tinggi terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Setelah lama tertekan, lira Turki akhirnya bisa melonjak hingga 20% pada penutupan perdagangan Senin kemarin.
Lonjakan ini terjadi usai Presiden Tayyip Erdogan berbicara mengenai strateginya untuk mendongkrak lira. Ia juga bersumpah untuk melanjutkan kebijakan suku bunga rendah.
Mengutip Bloomberg, Selasa (21/12/2021), pada perdagangan Senin kemarin lira Turki sempat anjlok hingga mencapai level 18,3 per dolar AS. Tapi begitu Erdogan pidato, nilai lira menguat hingga sekitar 11 per dolar AS.
Pemerintah akan mengganti kerugian yang ditimbulkan oleh pemegang simpanan lira jika terjadi penurunan melebihi suku bunga yang dijanjikan oleh bank.
"Ini mungkin menandakan bahwa yang terburuk sudah berakhir untuk lira untuk saat ini, jika program tersebut dapat memulihkan kepercayaan para deposan lira ritel," kata Todd Schubert, kepala penelitian Bank of Singapore Ltd.
Lira Turki telah babak belur selama bertahun-tahun karena sejumlah kebijakan yang diambil oleh Erdogan. Sepanjang 2021 ini, nilai lira Turki sudah anjlok hingga 50% terhadap dolar AS.
Alasan sederhana keterpurukan lira adalah kebijakan ekonomi tak lazim yang ditempuh Erdogan, yakni mempertahankan suku bunga rendah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Turki dan potensi ekspor dengan nilai tukar yang kompetitif.
Bagi banyak ekonom, jika inflasi naik yang dilakukan untuk mengendalikannya adalah menaikkan bunga. Tapi Presiden Erdogan memandang suku bunga sebagai 'keburukan yang membuat si kaya semakin kaya dan si miskin semakin miskin.'
Simak juga Video: Erdogan Mau ke Indonesia Bahas Percepatan Negosiasi IT-CEPA
(fdl/fdl)