Laba Mitratel Diperkirakan Naik 22% ke Rp 1,8 T Tahun Depan, Apa Pemicunya?

Laba Mitratel Diperkirakan Naik 22% ke Rp 1,8 T Tahun Depan, Apa Pemicunya?

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Jumat, 24 Des 2021 07:13 WIB
Menara Telkomsel
Ilustrasi/Foto: Telkom
Jakarta -

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel bakal menerapkan sejumlah strategi untuk mendongkrak kinerja tahun depan.

Dalam riset analis HSBC Global Research, Piyush Choudhary dan Rishabh Dhancholia, kinerja Mitratel akan tumbuh positif pada tahun 2022.

"Pendapatan Mitratel kami perkirakan akan mencapai Rp 7,94 triliun pada tahun 2022 atau meningkat sekitar 14,41% dibandingkan dengan proyeksi pendapatan Mitratel hingga akhir tahun 2021 yang sebesar Rp 6,94 triliun," tulis riset tersebut ditulis Jumat (24/12/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Laba operasi/EBIT Mitratel diperkirakan naik 6,18% menjadi Rp 3,09 triliun pada 2022 dari estimasi laba pada tahun 2021 sebesar Rp 2,91 triliun. Adapun laba bersih Mitratel diperkirakan naik 22,52%, dari estimasi tahun 2021 sebesar Rp 1,51 triliun menjadi Rp 1,85 triliun pada 2022.

Anak perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk ini memiliki potensi kolokasi yang lebih tinggi jika dibandingkan perusahaan sejenis, karena lokasinya yang khas, di mana 57% di antaranya berada di luar Jawa.

ADVERTISEMENT

"Kami berharap pertumbuhan organik didorong oleh perluasan cakupan MNO dan densifikasi jaringan," kata kedua analis itu.

Mitratel dinilai memiliki rekam jejak yang kuat. Ini terbukti dalam pertumbuhan anorganik di mana perseroan membeli 13.965 menara pada 2019-2021. Neraca Mitratel yang kuat, biaya utang yang relatif rendah, dan arus kas yang kuat, serta pengalamannya melakukan akuisisi yang menawarkan sinergi, memposisikan Mitratel untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan anorganik ke depan.

"Kami yakin, Mitratel berada pada posisi yang tepat untuk pertumbuhan organik karena portofolio menara di luar Jawa terbesar dan rasio sewa yang relatif lebih rendah. Mitratel juga siap mengalami pertumbuhan anorganik karena neraca yang kuat (utang bersih/EBITDA rendah), relatif rendah biaya utang, dan arus kas yang kuat," tulis kedua analis itu.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Mitratel Diuntungkan Pesanan Ini

Kedua analis itu menambahkan, Mitratel juga diuntungkan dengan pesanan built-to-suit (B2S) dari Telkomsel yang memiliki jangkauan jaringan terluas, termasuk memimpin pasar di wilayah di luar Jawa.

Mitratel mencatat pertumbuhan organik portofolio menara B2S diperluas menjadi 12.893 per Juni 2021. Mitratel akan terus mendapat manfaat dari pertumbuhan organik.

Ini didorong oleh hubungannya yang kuat dengan Telkomsel, perluasan cakupan di wilayah di luar Jawa oleh MNO lain dan kebutuhan kapasitas operator seiring lonjakan permintaan data. Mitratel diperkirakan menambah 2.700 menara B2S selama 2020-2023 dan rasio penyewa untuk berkembang didorong oleh lokasi bersama.

Mitratel mengidentifikasi anorganik sebagai pilar utama dari strategi pertumbuhannya. Secara khusus, perusahaan mengakuisisi 13.965 menara selama 2019-2021 sehingga portofolio menara anorganik menjadi 15.137 menara (54% dari portofolio menara).

Menurut Piyush dan Rishabh, Mitratel akan terus menjajaki akuisisi menara. Dengan arus kas yang kuat serta pengalaman dalam melakukan akuisisi, membuat Mitratel berada pada posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan anorganik.

"Kami memperkirakan Mitratel akan mengakuisisi 6.000 menara lagi selama 2022-2023," kata kedua analis itu.


Hide Ads